Bisnis.com, JAKARTA – PT Nusantara Infrastructure Tbk. emiten pengelola sejumlah ruas jalan tol membukukan penurunan laba bersih 19,95 persen pada 2019, didorong kenaikan beban pokok.
Sepanjang tahun, lalu emiten berkode saham META itu membukukan laba Rp143,81 miliar, turun 19,95 persen dari laba bersih di periode 2018 sebesar Rp179,65 miliar.
Mengutip laporan keuangan perseroan, perolehan laba itu didapatkan dari pendapatan sebesar Rp1,57 triliun, naik 101,30 persen, didorong oleh pendapatan konstruksi sebesar Rp672,84 miliar.
Kendati demikian, jumlah beban pokok dan beban langsung meningkat tak kalah signifikan, yakni 250,24 persen, menjadi Rp1,15 triliun.
Meski berhasil menurunkan beban langsung dan beban pokok 4,37 persen, perseroan mengalami kenaikan beban konstruksi yang cukup besar seiring meningkatnya pendapatan konstruksi.
Dari kinerja tersebut, perseroan membukukan laba kotor sebesar Rp415,58 miliar, menurun 7,87 persen. Adapun, pada periode yang sama tahun sebelumnya, META membukukan laba kotor Rp451,10 miliar.
Di sisi lain, perseroan juga berhasil menurunkan beban lain seperti beban umum dan administrasi, dan beban operasional sehingga laba usaha tercatat sebesar Rp261,14 miliar, meningkat 15,4 persen terhadap perolehan pada tahun sebelumnya.
Perseroan juga dapat menurunkan beban dan penghasilan ain-lain seperti beban keuangan dan meningkatkan penghasilan dari entitas asosiasi. Namun, tahun ini perseroan tidak lagi mendapatkan tambahan laba cukup besar dari penjualan entitas anak.
Pada tahun sebelumnya, perseroan membukukan keuntungan dari penjualan entitas anak sebesar Rp275,99 miliar. Laba ini didapatkan dari divestasi PT Komet Infra Nusantara (KIN) dengan harga penjualan Rp1,04 triliun.
Tidak adanya kegiatan divestasi yang menghasilkan keuntungan signifikan membuat perolehan laba bersih harus tertekan. Walhasil, sepanjang 2019 perseroan membukukan laba bersih senilai Rp143,81 miliar, turun 19,95 persen.
Pada tahun lalu, perseroan juga membukukan kenaikan aset sebesar 17,92 persen menjadi Rp5,07 triliun. Dalam bentuk pasiva, aset terdiri dari liabilitas Rp1,8 triliun dan ekuitas Rp3,19 triliun. Masing-masing mengalami kenaikan 42,01 persen dan 7,2 persen. Liabilitas naik karena kenaikan beban akrual.
“Kenaikan pada total kewajiban tersebut disebabkan oleh kenaikan beban akrual untuk pembangunan proyek jalan tol layang A.P. Pettarani Makassar yang dimiliki oleh PT Bosowa Marga Nusantara, yang merupakan anak perusahaan terkendali Perseroan,” dikutip dari keterangan resmi perusahaan, Sabtu (18/4/2020).
Kenaikan liabilitas ini juga terlihat dari kenaikan aktivitas pendanaan dan investasi perseroan. Pada tahun lalu, arus kas untuk investasi mencapai Rp724,56 miliar didorong oleh penambahan aset tetap.
Guna membiayai investasi itu, perseroan menarik pinjaman jangka panjang dan tambahan modal untuk anak usaha. Sehingga, total arus kas pendanaan perseroan mencapai Rp279,66 miliar. Meningkat dari sebelumnya negatif Rp75,7 miliar pada 2018.
Dengan aktivitas pengelolaan arus kas tersebut, posisi saldo kas dan setara kas perseroan turun Rp73,40 miliar atau 11,09 persen terhadap 2018, menjadi Rp590,39 miliar.