Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memaparkan alasan di balik melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah pandemi virus Corona (Covid-19).
Menurutnya, nilai tukar mata utang hampir di seluruh dunia terkenda dampak Covid-19. Namun, tingkat penurunan berbeda-beda untuk masing-masing negara.
"Ini berpengaruh ke Indonesia. Nilai tukar kita terkoreksi dan rebound kembali. Ini volatilitas yang tajam dan harus diwaspadai," katanya saat pemaparan APBN Kita, Jumat (17/4/2020).
Hal itu, tuturnya, turut berpengaruh pada imbal hasil (yield) surat utang, kaarena kembali mengalami kenaikan hingga 8 persen. Meskipun turun lagi di bawah 8 persen.
Menurutnya, volatilitas sangat tajam terjadi pada akhir Maret 2020. "Kami akan pantau secara hati-hati pada April-Mei, baik dari sisi perkembangan pasar uang di dalam dan luar negeri," ungkapnya.
Nilai tukar rupiah diperkirakan dapat kembali melemah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat (17/4/2020).
Baca Juga
Nilai tukar rupiah berbalik melemah pada penutupan perdagangan Kamis (16/4/2020) seiring dengan kembali sentimen negatif di pasar keuangan akibat kontraksi data perekonomian Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah parkir di level Rp15.640 per dolar AS, terkoreksi 0,42 persen atau 65 poin pada Kamis. Pelemahan tersebut menjadi kinerja harian terburuk keempat tepat di bawah rupee yang melemah 0,56 persen, ringgit turun 0,88 persen, dan won yang terkoreksi 0,93 persen.