Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengekor Wall Street, Bursa Asia Melemah Pagi Ini

Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Kamis (16/4/2020) menyusul pelemahan di bursa Amerika Serikat karena data ritel, manufaktur, dan perumahan menambahkan kekhawatiran terhadap resesi AS.
Seorang pejalan kaki berjalan melewati papan ticker elektronik yang menampilkan angka harga saham di luar kompleks Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg
Seorang pejalan kaki berjalan melewati papan ticker elektronik yang menampilkan angka harga saham di luar kompleks Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Kamis (16/4/2020) menyusul pelemahan di bursa Amerika Serikat karena data ritel, manufaktur, dan perumahan menambahkan kekhawatiran terhadap resesi AS.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix dan Nikkei 225 terpantau melemah 1,12 persen dan 1,21 persen, sedangkan indeks Kospi turun 1,38 persen. Kontrak pada indeks S&P 500 juga tergelincir setelah indeks melemah lebih dari 2 persen pada perdagangan Rabu.

Sektor finansial merosot ketika portofolio investasi Goldman Sachs Group Inc. terpukul pandemi virus corona, sementara Bank of America Corp dan Citigroup Inc. menyisihkan miliaran untuk kerugian pinjaman.

Baik laporan keuangan emiten dan data ekonomi menyoroti dampak negatif dari penutupan perekonomian untuk memerangi penyebaran Covid-19. Penjualan ritel AS dan output manufaktur mencatat penurunan terdalam pada bulan Maret, sedangkan survei pada bulan April terlihat lebih buruk. Manufaktur di negara bagian New York dan sentimen pembangun perumahan di AS anjlok.

"Kami tidak tahu seperti apa perekonomian pada tahun depan, ada banyak ketidakpastian seputar penyebaran virus," ungkap Mark Kiesel, kepala investasi kredit global di Pacific Investment Management Co, seperti dikutip Bloomberg

"Kita belum keluar dari ketidakpastian, mungkin masih ada gelombang kedua."

Sementara itu, Presiden Donald Trump mengatakan data menunjukkan AS telah melewati puncak kasus penyebaran baru dan menambahkan ia akan mengumumkan pedoman pelonggaran aturan pembatasan sosial.

Rencana ini dikemukakan terjadi ketika kasus Covid-19 telah menginfeksi 2 juta orang di seluruh dunia, dengan angka kematian mencapai 133.000 jiwa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper