Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Diproyeksi Menguat Terdorong Diskusi Trump-Xi Jinping

Bursa Asia diproyeksi menguat pada perdagangan Senin menyusul diskusi antara Xi Jinping dan Donald Trump menjelang pelantikannya.
Papan saham elektronik menampilkan grafik pergerakan indeks Nikkei 225 di luar perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 6 Januari 2025./Bloomberg-Kiyoshi Ota
Papan saham elektronik menampilkan grafik pergerakan indeks Nikkei 225 di luar perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 6 Januari 2025./Bloomberg-Kiyoshi Ota

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia diproyeksikan menguat pada perdagangan Senin (20/1/2025) menyusul diskusi konstruktif antara presiden terpilih AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

Melansir Bloomberg, bursa saham Australia naik tipis pagi ini, sedangkan indeks berjangka di Jepang dan Hong Kong menunjukkan kenaikan di awal perdagangan.

Diskusi antara Trump dan Xi mencakup isu perdagangan, aplikasi TikTok, dan fentanyl. Ketiga topik tersebut diperkirakan akan membentuk dinamika hubungan AS-China di awal pemerintahan baru.

Selain itu, TikTok memulihkan layanannya di AS setelah Trump memutuskan untuk menunda penerapan undang-undang yang mengharuskan TikTok menjual asetnya di AS selama tiga bulan ke depan.

“Kendati hanya jeda sementara di tengah persaingan strategis yang tak terelakkan, percakapan positif antara Trump dan Xi memberikan dorongan ekstra bagi penguatan pasar saham,” ujar analis senior Capital.com Kyle Rodda.

Namun, pasar bersiap menghadapi gejolak dalam beberapa pekan mendatang, terutama karena kebijakan agresif yang diusung Trump, seperti pengurangan pajak dan peningkatan tarif, yang dapat memperpanjang perang dagang.

Kebijakan imigrasi dan ketegangan geopolitik juga menjadi sorotan, terutama mengingat retorika Trump yang mengkritik sekutu lama seperti Kanada, Meksiko, dan Eropa.

Sementara itu, perhatian pelaku pasar juga tertuju pada keputusan kebijakan Bank Sentral Jepang (BoJ) yang dijadwalkan pada Jumat. Mayoritas ekonom memperkirakan BoJ akan menaikkan suku bunga utamanya, sejalan dengan proyeksi inflasi yang meningkat dan ekspektasi pertumbuhan upah yang lebih kuat.

Di tempat lain, imbal hasil obligasi Australia naik, mengikuti tren yang sama di AS, sementara sebagian kecil pedagang obligasi percaya bahwa langkah Federal Reserve berikutnya adalah kenaikan suku bunga, bertentangan dengan konsensus pasar yang mengharapkan pemotongan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper