Bisnis.com,JAKARTA — Penerbitan surat utang masih menjadi pilihan sejumlah korporasi untuk menggalang dana di tengah ketidakpastian dan volatilitas pasar yang disebabkan oleh penyebaran COVID-19.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) melaporkan total mandat pemeringkatan surat utang korporasi yang belum terealisasi menjadi surat utang mencapai Rp71,08 triliun per 31 Maret 2020. Rencana nilai emisi itu berasal dari 59 perusahaan.
Dari total mandat yang masih dipegang Pefindo, sektor pembiayaan mendominasi sebanyak 11 perusahaan dengan total rencana nilai penerbitan Rp15,7 triliun. Berdasarkan jenisnya, penawaran umum berkelanjutan baru mendominasi senilai Rp31,87 triliun.
Data Pefindo menunjukkan mayoritas mandat yang dipegang saat ini berasal dari perusahaan non badan usaha milik negara (BUMN) sebanyak 40 perusahaan. Adapun, mandat yang dipegang dari BUMN dan anak usaha sebanyak 19 perusahaan.
Presiden Direktur Pemeringkat Efek Indonesia Salyadi Saputra mengatakan ada perusahaan menunda penerbitan surat utang karena mempertimbangkan kondisi saat ini. Walaupun demikian, lebih banyak perusahaan yang masih dalam proses penerbitan surat utang.
“Kebanyakan penerbitan rencana pada Mei 2020. Jadi atau tidaknya tentu tergantung dari kondisi market pada Mei 2020,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (6/4/2020).
Baca Juga
Economist Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana peluang penerbitan surat utang korporasi akan bergantung kepada arus kas dan risk appetite tiap perseroan. Namun, pihaknya meyakini saat ini penerbitan surat utang korporasi masih sangat kompetitif dibandingkan dengan sumber pendanaan lainnya.
“Serapan investor saya juga melihatnya masih akan baik utamanya karena yield yang lebih baik dan harga surat utang saat ini kompetitif,” ujarnya.
Di lain pihak, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai saat ini bukan momentum yang tepat untuk mengadakan aksi korporasi. Pasalnya, cost of fund akan menjadi lebih tinggi dan daya beli masyarakat sedang rendah.
“Waktu sekarang kurang pas kalau mengadakan aksi korporasi,” paparnya.
Ramdhan menyebut tekanan untuk pasar keuangan masih cukup besar. Akibatnya, investor masih sangat berhati-hati walaupun dalam beberapa hari terakhir indeks harga saham gabungan (IHSG) terus mengalami kenaikan.
Berdasarkan laporan statistik pasar modal pekan keempat Maret 2020 yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Senin (6/4/2020), jumlah perusahaan yang efektif melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sebanyak 14 emiten. Dari situ, total nilai emisi tercatat sebanyak Rp1,30 triliun hingga pekan keempat Maret 2020.
Adapun,OJK mencatat jumlah emisi bersifat utang dan sukuk korporasi (EBUS) sebanyak 17 unit hingga 27 Maret 2020. Total nilai emisi EBUS sampai dengan periode itu senilai Rp19,85 triliun. Dengan demikian, OJK mencatat total nilai emisi efek IPO, rights issue, dan EBUS senilai Rp23,42 triliun hingga pekan keempat Maret 2020.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Hoesen menyatakan akan menghitung ulang target penghimpunan dana atau emisi di pasar modal setelah semester I/2020. Menurutnya, beberapa target harus disesuaikan karena perkembangan COVID-19.
OJK sebelumnya menargetkan total emisi di pasar modal mencapai Rp200 triliun pada 2020. Proyeksi itu meningkat dari Rp166,85 triliun tahun lalu.
“Bayangan setelah kuartal II/2020 akan lakukan peninjauan ulang terhadap target semua. Indeks turun 26 persen, market cap juga sama, jadi performance banyak yang harus dilihat lagi,” paparnya.
Hoesen mengatakan data-data tersebut akan menjadi bahan peninjauan ulang ulang. Hasil dari review menurutnya akan disampaikan setelah semester I/2020.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, sudah ada tujuh calon emiten baru yang mendaftarkan rencana IPO pada April 2020. Rencananya, mereka akan mencatatkan saham perdananya di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan kedua dan ketiga bulan ini.
Sebagai catatan, realisasi IPO kuartal I/2020 menjadi yang terbaik dibandingkan dengan periode yang sama pada rentang 2016—2020. Tercatat, sebanyak 19 perusahaan melantai di bursa dengan total perolehan dana Rp2,87 triliun.