Bisnis.com, JAKARTA – Ketidakpastian situasi ekonomi akibat penyebaran virus corona membuat para pengembang enggan mengeluarkan modal untuk menambah bank lahan.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk. (DILD) Archied Noto Pradono mengatakan lebih memilih kerjasama operasi atau joint venture untuk saat ini. Menurutnya perseroan tidak memiliki niatan untuk menambah jumlah cadangan lahan.
“Kami belum ada rencana penambahan lahan. Saat ini kami lebih memilih bekerja sama dengan pemilik lahan [KSO atau JV],” katanya kepada Bisnis.com, Rabu (1/4/2020).
Archied mengatakan hal tersebut sementara ini masih dalam tahap perencanaan. Sementara itu, menilik dari hasil laporan keuangan kuartal III/2019 emiten berkode saham DILD itu memiliki cadangan lahan seluas 20,72 juta meter persegi. Adapun nilai lahan itu mencapai Rp3,96 triliun
Luas tanah yang belum dikembangkan itu naik 0,55 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 20,61 juta meter persegi. Nilainya setara dengan Rp3,74 triliun.
Lahan paling luas berada di Maja serta Tangerang dengan masing-masing 10,68 juta meter persegi dan 3,94 juta meter persegi.
Baca Juga
Sementara itu, Investor Relations Assistant Manager PT Modernland Realty Tbk. (MDLN) Eliza Saliman mengatakan perseroan juga tidak berencana menambah luas lahan secara masif. Menurutnya, emiten berkode saham MDLN itu hanya akan membeli sebesar dengan yang dijual.
“Strategi kami hanya membeli sesuai dengan yang dilepas. Tapi itu pun tidak wajib,” katanya.
Emiten properti PT Metropolitan Land Tbk. juga menunda pembelian lahan sampai pandemi covid-19 berakhir.
Direktur Keuangan Metropolitan Land Olivia Surodjo mengatakan perseroan pada awal tahun menganggarkan dana pembelian sebesar Rp130 miliar. Namun, situasi dan kondisi cederung tidak pasti di tengah wabah corona.
“Rencana awal kami akan menambah bank lahan menggunakan dan sekitar Rp130 miliar. Namun sedang kami kaji ulang menyesuaikan dengan keadaan,” katanya.
Emiten berkode saham MTLA itu, lanjutnya, rencana pembelian masih berada di dalam pipeline pengeluaran. Olivia mengatakan manajemen masih menimbang seberapa besar dampak penyebaran virus terhadap ekonomi dalam negeri.
Sebagai informasi, MTLA mengalokasikan belanja modal pada tahun ini sebesar Rp600 miliar. Jumlah itu turun 14,28 persen dibandingkan dengan 2019 senilai Rp700 miliar.
Berdasarkan data perseroan, sisa lahan yang tersisa di The Riviera Jakarta sekitar 15 hektare dengan harga per unit Rp2,5 miliar–Rp6,1 miliar.
Sementara itu, Metland Cileungsi tersisa 19 hektare dengan harga per unit Rp350 juta–Rp850 juta. Lalu, Metland Cibitung tersisa 186 hektare dengan harga Rp425 juta–Rp835 juta per unit.
Selain itu, perseroan juga sedang mempertimbangkan untuk merevisi target marketing sales di kisaran Rp2,2 triliun sampai dengan Rp2,1 triliun. Pasalnya penyebaran virus berdampak pada minat beli sekalipun pemerintah sudah menurunkan suku bunga acuan menjadi 4,50 persen.
“Target marketing sales kemungkinan akan berubah tapi belum dipastikan menjadi berapa. Kami masih melihat perkembangan situasi,” imbuhnya.
MTLA pun telah menutup operasional mal Metropolitan Mall Bekasi, Grand Metropolitan dan Metropolitan Mall Cileungsi sampai dengan 9 April 2020.
TETAP EKSPANSIF
Sementara itu, Direktur PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) Harun Hajadi mengatakan bakal menambah bank lahan untuk tahun ini. Namun dia tidak ingin mengungkapkan secara detil alokasi dana maupun target pembelian.
“Kemungkinan tentu ada saja. Apalagi kesempatan untuk membeli tanah atau mendapatkan tanah yang baik tidak selalu datang. Jadi memang mencari lahan baru tidak mudah,” ungkapnya.
Rencananya, perseroan akan menggunakan kas internal untuk menambah cadangan lahan.
Sebagai informasi, CTRA mengalokasikan belanja modal sebesar Rp1,5 triliun. Dana itu akan diperuntukkan bagi penambahan lahan dan pembiayaan proyek.
Menilik dari hasil laporan keuangan 30 September, perseroan telah menghabiskan dana Rp541,88 miliar untuk uang muka pembelian tanah di Jabodetabek dan Jawa Timur. Nilai cadangan tanah untuk pengembangan senilai Rp6,82 triliun, naik 2,25 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Emiten properti PT PP Properti Tbk. baru saja merampungkan pembelian lahan di Rancasari Bandung seluas 9 hektare.
Direktur Keuangan PP Properti Indaryanto mengatakan perseroan baru saja merampungkan pembelian lahan seluas 9 hektare. Perseroan berencana mengembangkan lahan itu khusus untuk kawasan residensial.
“Kami baru beli lahan di Rancasari, Bandung, untuk mendukung pengembangan bisnis rumah tapak kami. Luas lahan 9 hektare dan rencananya dibangun dalam 3 tahap,” katanya.
Indaryanto menambahkan di lokasi tersebut akan dibangun 604 unit rumah. Dalam setiap tahapan, lanjutnya, perseroan akan membangun kurang lebih 200 unit rumah. Adapun setiap unit memiliki luas 54 meter dengan harga sekitar Rp800 juta.
Sebagai informasi, emiten berkode saham PPRO itu kembali merambah bisnis residensial untuk mensiasati standar akutansi yang baru PSAK 72. Lebih lanjut, Indaryanto mengatakan tengah menimbang lokasi lain untuk diakusisi dalam waktu dekat.
“Lokasi lain masih kami lihat kondisi dan situasi pasar lebih dulu,” ungkapnya.