Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas saham global melemah pada perdagangan siang ini, Rabu (1/4/2020), tertekan memburuknya data penyebaran virus corona (Covid-19) di AS dan peringatan yang disampaikan Presiden Donald Trump.
Berdasarkan data Bloomberg, futures pada indeks S&P 500 anjlok 2,8 persen pada pukul 6.44 pagi waktu London (pukul 12.44 siang WIB), setelah indeks saham acuan AS ini merosot 1,6 persen pada perdagangan Selasa (31/3/2020).
Pada saat yang sama, indeks Euro Stoxx 50 meluncur 2,4 persen. Di Asia, indeks Topix Jepang terjungkal 3,8 persen dan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 1,9 persen.
Bursa saham Jepang mencapai level terendahnya sepanjang sesi dalam menit-menit akhir perdagangan hari ini. Adapun, bursa Hong Kong turun ketika dua bank terbesar di kota ini, Standard Chartered Plc dan HSBC Holdings Plc., menunda pembayaran dividen karena virus corona.
Namun indeks S&P/ASX 200 Australia mampu melawan tren dengan melonjak 3,6 persen, sedangkan indeks Shanghai Composite China naik 0,3 persen didorong rebound PMI manufaktur Caixin.
PMI (purchasing managers' index) untuk sektor manufaktur China dilaporkan melompat kembali ke wilayah ekspansi sekaligus melampaui ekspektasi.
Baca Juga
Data yang dirilis pada Rabu (1/4) oleh Caixin tersebut menunjukkan rebound PMI manufaktur China menjadi 50,1 pada Maret 2020. Data ini melengkapi laporan aktivitas manufaktur China yang dirilis resmi pada Selasa (31/3).
Biro Statistik Nasional (NBS) China merilis Purchasing Managers’ Index (PMI) naik ke angka 52,0 pada Maret 2020 dari rekor terendah 35,7 pada Februari. PMI di atas 50 menandakan perbaikan kondisi. Adapun, indeks yang mencakup layanan dan konstruksi di Negeri Panda tersebut berada di 52,3.
“Data Caixin mencakup jangkauan yang jauh lebih luas dari usaha kecil dan menengah ketimbang data resmi, dan fakta bahwa itu tetap berada di atas level 50 adalah beberapa alasan menggembirakan bahwa China tetap di jalur untuk memimpin dunia keluar dari kemerosotan pandemi [Covid-19],” ujar Jeffrey Halley, seorang analis pasar senior di Oanda Asia Pacific Pte.
“[Kendati demikian], ini tidak berarti bahwa dunia telah keluar dari kesulitan,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperingatkan warga Amerika atas datangnya periode yang "menyakitkan" selama dua pekan ke depan seiring dengan meluasnya penyebaran virus corona (Covid-19) di seantero negeri.
"Kekuatan kita akan diuji, daya tahan kita akan diuji coba,” tutur Trump dalam suatu briefing harian di Gedung Putih pada Selasa (31/3/2020) waktu setempat.
Sikap Trump yang terkesan muram ini sangat kontras dengan nada optimistis yang acapkali diproyeksikannya dalam beberapa kesempatan sebelumnya.
Deborah Birx, pejabat tinggi kesehatan masyarakat yang mengoordinasikan satuan tugas virus corona Gedung Putih mengatakan sebanyak 200.000 warga Amerika diperkirakan akan meninggal dalam wabah Covid-19.
Amerika sedang berjuang untuk membendung kasus Covid-19 dan menghadapi lonjakan angka kematian di di New York City yang kini menembus 1.000 korban jiwa.
“Data ekonomi jelas mulai membaik pada Maret di China setelah data yang sangat lemah pada Januari dan Februari,” ujar Bob Parker, anggota komite investasi di Quilvest Wealth Management, kepada Bloomberg TV.
“Di AS, data tetap cukup mengkhawatirkan dan puncaknya mungkin dicapai beberapa pekan kemudian,” sambungnya.
Saham memulai kuartal II/2020 dengan lebih banyak penurunan. Kondisi ini menarik sebagian investor untuk kembali masuk ke dalam pasar ini. Namun, dengan volatilitas yang meningkat, banyak yang memperkirakan penurunan lebih lanjut.