Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang anjlok lebih dari 3 persen pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (1/4/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix berakhir dengan pelemahan 3,70 persen atau 51,96 poin ke level 1.351,08, setelah bergerak dalam kisaran 1.339,30-1.396,74.
Sementara itu, indeks Nikkei 225 berakhir melemah 4,5 persen atau 851,60 poin ke level 18.065,41.
Saham Nippon Suisan Kaisha Ltc mencatat pelemahan terbesar di indeks Nikkei setelah berakhir merosot 9 persen, sedangkan saham Okuma Corp melemah 8.75 persen.
Jepang mencatat pelemahan produksi manufaktur dengan laju tercepat sejak bencana tsunami pada 2011 silam. Data indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) sektor manufaktur yang dirilis IHS Markit turun ke angka 44,8 dari level 4,8 pada Februari.
Dilansir Bloomberg, bursa saham Jepang melemah mengikuti pergerakan bursa global yang tertekan memburuknya data penyebaran virus corona (Covid-19) di AS dan peringatan yang disampaikan Presiden Donald Trump.
Baca Juga
Kontrak berjangka indeks S&P 500 anjlok 2,8 persen pada pukul 6.44 pagi waktu London (pukul 12.44 siang WIB), setelah indeks saham acuan AS ini merosot 1,6 persen pada perdagangan Selasa (31/3/2020).
Pada saat yang sama, indeks Euro Stoxx 50 meluncur 2,4 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 1,9 persen.
Namun, indeks S&P/ASX 200 Australia mampu melawan tren dengan melonjak 3,6 persen, sedangkan indeks Shanghai Composite China naik 0,3 persen didorong rebound PMI manufaktur Caixin.
PMI untuk sektor manufaktur China dilaporkan melompat kembali ke wilayah ekspansi sekaligus melampaui ekspektasi.
Data yang dirilis pada Rabu (1/4/2020) oleh Caixin tersebut menunjukkan rebound PMI manufaktur China menjadi 50,1 pada Maret 2020. Data ini melengkapi laporan aktivitas manufaktur China yang dirilis resmi pada Selasa (31/3).
Biro Statistik Nasional (NBS) China merilis Purchasing Managers’ Index (PMI) naik ke angka 52,0 pada Maret 2020 dari rekor terendah 35,7 pada Februari. PMI di atas 50 menandakan perbaikan kondisi. Adapun, indeks yang mencakup layanan dan konstruksi di Negeri Panda tersebut berada di 52,3.
“Data Caixin mencakup jangkauan yang jauh lebih luas dari usaha kecil dan menengah ketimbang data resmi, dan fakta bahwa itu tetap berada di atas level 50 adalah beberapa alasan menggembirakan bahwa China tetap di jalur untuk memimpin dunia keluar dari kemerosotan pandemi [Covid-19],” ujar Jeffrey Halley, seorang analis pasar senior di Oanda Asia Pacific Pte.
“[Kendati demikian], ini tidak berarti bahwa dunia telah keluar dari kesulitan,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperingatkan warga Amerika atas datangnya periode yang "menyakitkan" selama dua pekan ke depan seiring dengan meluasnya penyebaran virus corona (Covid-19) di seantero negeri.