Bisnis.com, JAKARTA – Emiten minyak dan gas bumi PT Energi Mega Persada berhasil membukukan kenaikan pendapatan pada 2019 hingga 22 persen dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan 2019, perseroan membukukan pendapatan sebesar US$334,34 juta, naik daripada pendapatan pada 2018 sebesar US$273,46 juta.
Selain itu, perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan menjadi sebesar US$176 juta, sehingga laba kotor berhasil melonjak 107,9 persen menjadi US$157,5 juta.
Dengan demikian, meskipun beban usaha pada 2019 naik 55,4 persen menjadi US$16 juta, emiten berkode saham ENRG itu berhasil membukukan kenaikan laba usaha menjadi US$141 juta atau lebih tinggi 116 persen daripada perolehan 2018 sebesar US$65,28 juta.
Lebih lanjut, jika dikurangi oleh beban pajak penghasilan dan beban lain-lainnya, perseroan mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$28 juta, berbanding terbalik dari perolehan tahun sebelumnya yang merugi US$12,7 juta.
Chief Financial Officer Energi Mega Persada Edoardus Ardianto mengatakan bahwa keberhasilan perseroan untuk mencatatkan kinerja yang positif tahun ini didorong oleh kinerja produksi yang baik pada tahun lalu.
Baca Juga
“Kami juga terus melunasi hutang perseroan yang berhasil turun 32 persen dan berdampak pada penurunan beban bunga dan likuiditas perseroan,” ujar Edoardus seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (31/3/2020).
Adapun, total liabilitas perseroan pada 2019 sebesar US$573 juta, turun 32 persen dibandingkan dengan liabilitas pada 2018 sebesar US$645 juta. Dari total liabilitas tersebut, liabilitas jangka pendek sebesar US$401,8 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$171,45 juta.
Sementara itu, total aset per 31 Desember 2019 turun menjadi sebesar US$679,37 juta dibandingkan dengan per 31 Desember 2018 sebesar US$731,4 juta. Selain itu, kas dan setara kas perseroan juga turun menjadi hanya sebesar US$27 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$60,7 juta.
Di sisi lain, pada tahun ini kinerja keuangan perseroan mendapatkan tekanan di tengah sentimen penyebaran virus corona atau COVID-19 yang melemahkan harga minyak mentah dunia.
Syailendra S. Bakrie, Chief Executive Officer Energi Mega Persada, mengatakan bahwa sentimen tersebut tidak mempengaruhi kinerja perseroan secara signifikan mengingat lebih dari 90 persen jumlah cadangan dan produksi perseroan pada tahun lalu merupakan gas bumi.
“Kontrak gas kami memiliki jangka waktu yang lebih panjang dan harga jual yang lebih konsisten sehingga dapat merupakan mitigasi atas harga minyak yang lebih berfluktuasi,” ujar Syailendra.