Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah tidak mampu mempertahankan penguatannya dan kembali menutup perdagangan di zona merah setelah bertengger di zona hijau selama tiga hari berturut-turut.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (30/3/2020), rupiah ditutup di level Rp16.338 per dolar AS, melemah 1,04 persen atau 168 poin.
Pelemahan tersebut menjadi kinerja harian terburuk kedua di antara mata uang Asia lainnya, tepat di bawah won yang melemah 1,13 persen dan di atas rupee yang melemah 0,93 persen.
Rupiah pun tampak terus mendekati level terendahnya sepanjang sejarah, yaitu di level Rp16.650 per dolar AS.
Adapun, dalam perdagangan yang sama hingga pukul 16.23 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama, bergerak menguat 0,31 persen menjadi 98,669.
Seperti diketahui, sepanjang tahun berjalan 2020, rupiah telah terkoreksi 17,83 persen.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa pelemahan rupiah masih disebabkan oleh kekhawatiran pasar terkait penyebaran virus corona atau Covid-19 yang makin parah di seluruh dunia.
Mengutip data worldmeters, total kasus penyebaran virus corona di seluruh dunia hingga 30 Maret 2020 pukul 16.00 WIB mencapai 724.798 orang dengan total kematian hingga 34.021 jiwa.
“Perkembangan wabah yang masih meningkat menjadi kekhawatiran utama pasar, seperti yang terjadi di AS dan Eropa, Indonesia juga demikian. Dampaknya juga sudah terlihat ke perlambatan aktivitas ekonomi global,” ujar Ariston saat dihubungi Bisnis, Senin (30/3/2020).
Dia mengatakan bahwa penggelontoran stimulus oleh banyak bank sentral dan pemerintah di seluruh dunia pasti membantu meredam dampak negatif dari pandemi tersebut, hanya berita penambahan kasus penyebaran menjadi pokok masalah kekhawatiran pasar.
Jika tidak segera teratasi sehingga jumlah korban semakin banyak dan penerapan lockdown dilaksanakan banyak negara, investor akan semakin menjauhi aset berisiko, termasuk rupiah.
Dia memproyeksi pada perdagangan Selasa (31/3/2020) rupiah menguji level resisten Rp16.575 per dolar AS dengan level support berada di kisaran Rp16.250 per dolar AS.
Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pernyataan International Moneter Fund (IMF) pada pekan lalu terkait pandemi Covid-19 yang berubah menjadi krisis ekonomi global telah memunculkan kepanikan bagi pasar keuangan.
Terlebih lagi, lanjut dia, pasar mengamati bahwa dampak penyebaran pandemi saat ini masih akan berlangsung untuk jangka yang cukup lama.
Dari dalam negeri, rencana pembatasan akses ke Jabodetabek yang akan dibahas melalui rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (30/3/2020), direspons negatif oleh pasar.
Pemerintah Indonesia berencana membatasi akses ke Jabodetabek dengan kendaraan pribadi dan angkutan orang dilarang masuk, sedangkan angkutan logistik masih diperbolehkan. Hal ini juga berlaku untuk kereta api yang memiliki rute perjalan dari dan menuju Jabodetabek.
“Pasar bereaksi negatif akan kemungkinan adanya karantina tersebut. Pada perdagangan Selasa (31/3/2020) rupiah kemungkinan akan kembali melemah di kisaran level Rp16.290-Rp16.500 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Senin (31/3/2020).