Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akibat Covid-19, Bursa India Menuju Pelemahan Kuartalan Terburuk Sepanjang Masa

Bursa saham acuan India diperkirakan mencatat pelemahan terburuk sepanjang masa karena kekhawatiran bahwa upaya pemerintah tidak cukap kuat untuk menahan penyebaran virus corona (Covid-19) dan kejatuhan ekonomi.
Suasana pedestrian di Mumbai, India, setelah pemberlakuan lockdown pada 25 Maret 2020. Bloomberg
Suasana pedestrian di Mumbai, India, setelah pemberlakuan lockdown pada 25 Maret 2020. Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham India diperkirakan mencatat pelemahan terburuk sepanjang masa karena kekhawatiran bahwa upaya pemerintah tidak cukap kuat untuk menahan penyebaran virus corona (Covid-19) dan kejatuhan ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Sensex S&P BSE terpantau melemah 1,23 persen atau 366,34 poin ke level 29.449,25 pada puul 11.00 waktu India (12.30 WIB) setelah sempat menguat lebih dari 10 persen pada tiga sesi sebelumnya.

Sepanjang kuartal ini hingga perdagangan Senin, indeks telah melemah hingga 28,6 persen, melampaui rekor pelemahan sebesar 28 persen pada kuartal II/1992 menyusul langkah pemerintah untuk menyerahkan kontrol atas ekonomi, membuka investasi asing, memotong suku bunga dan mendevaluasi mata uangnya.

Kasus Covid-19 di negara berpenduduk terpadat kedua di dunia ini telah meningkat pesat dalam sepekan terakhir. Berdasarkan data Worldometers.info, kasus dikonfirmasi di India mencapai 1.024 infeksi, dengan total korban meninggal mencapai 27 jiwa.

Sejumlah pihak memperkirakan jumlah infeksi ini dapat melonjak karena adanya kekhawatiran atas kemampuan India untuk menangani krisis virus di tengah sistem perawatan kesehatan yang lemah dan tekanan terhadap ekonomi.

Para pembuat kebijakan India mengumumkan rencana pengeluaran senilai US$22,6 miliar dan pemotongan suku bunga darurat untuk melindungi ekonomi setelah memberlakukan lockdown nasional untuk menahan penyebaran virus mematikan tersebut.

 “Langkah-langkah tersebut tidak cukup untuk menopang pertumbuhan yang anjlok, atau untuk merangsang permintaan ketika lockdown berakhir,” ungkap Teresa John, ekonom di Nirmal Bang Equities Pvt., seperti dikutip Bloomberg.

"Pengumuman terutama melibatkan realokasi dan dan front-loading," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper