Bisnis.com, JAKARTA - PT Samindo Resources Tbk. mencatat penurunan laba bersih 15,6 persen menjadi US$26,07 juta sepanjang 2019.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham MYOH itu membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2019 sebesar US$26,07 juta. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada 2019 sebesar US$30,89 juta.
Investor Relations Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir mengatakan penurunan laba dipicu oleh tekanan terhadap harga batu bara sepanjang 2019. Di samping itu, laba juga tergerus karena operasional perseroan terhambat cuaca hujan.
“Pada tahun lalu, sepanjang semester 1 curah hujan cukup tinggi sehingga kami baru dapat memaksimalkan produksi pada semester 2. Itulah yang menggerus laba kami bukan hanya terkait harga yang dalam tekanan, tetapi cuaca juga mempengaruhi,” ujar Zaki kepada Bisnis, Jumat (27/3/2020).
Zaki menuturkan,tahun lalu perseroan hanya dapat membukukan volume overburden removal sebesar 55,2 juta bank cubic meter (bcm), lebih rendah dari target yang dipatok sebesar 58 juta bcm. Kendati demikian, perolehan tersebut sedikit lebih tinggi 1,1 persen dibandingkan dengan 2018 sebesar 54,6 juta bcm.
Secara umum, emiten bersandi saham MYOH itu membukukan kenaikan pendapatan 5,53 persen menjadi sebesar US$254 juta. Namun, beban pokok pendapatan naik lebih tinggi sebesar 11,4 persen menjadi US$212 juta.Walhasil, laba kotor MYOH turun 16,8 persen menjadi US$41,7 juta.
Selain itu, beban umum dan administrasi juga naik 5,9 persen menjadi US$9,16 juta dan pendapatan lainnya berkurang hingga 80,2 persen menjadi hanya sebesar US$194.096.
Di sisi lain, perseroan berhasil menekan sejumlah beban seperti beban keuangan menjadi US$384.439, selisih kurs yang berhasil berbalik positif menjadi untung US$1,2 juta dibandingkan dengan 2018 yang merugi US$1,7 juta, dan beban pajak yang berkurang menjadi hanya sebesar US$8,8 juta.
Emiten kontraktor pertambangan itu memiliki jumlah aset US$160,1 juta per 31 Desember 2019, naik sekitar 5,9 persen dibandingkan dengan jumlah aset per 31 Desember 2018 sebesar US$151,3 juta. Adapun, jumlah liabilitas perseroan sebesar US$37,88 juta dan jumlah ekuitas sebesar US$122 juta.
Zaki menerangkan, tahun ini tantangan kinerja perseroan menjadi lebih berat seiring dengan sentimen penyebaran virus corona atau COVID-19. Sentimen itu telah membuat banyak perusahaan tambang di dalam dan luar negeri menahan untuk ekspansi karena prospek permintaan yang melemah
Akibatnya, permintaan untuk sektor kontraktor tambang pun juga akan terdampak karena penambang akan menahan produksi untuk menghindari pasokan yang berlebihan yang dapat membuat harga batu bara semakin tertekan.
Hingga saat ini, perseroan belum bisa memberikan secara detail target pertumbuhan laba dan pendapatan tahun ini dan mengatakan akan mencermati pasar terlebih dahulu.