Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan angka kasus pasien positif COVID-19 atau virus corona terbukti melemahkan beberapa kegiatan operasional bisnis.
Namun, Mirae Asset Sekuritas masih menyarankan transaksi pembelian saham defensif seperti barang konsumer dan rumah sakit sebagai rekomendasi bulanan.
Emiten tersebut diantaranya adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), PT Kino Indonesia Tbk. (KINO), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO), dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA).
Tim Mirae Asset Sekuritas sendiri melakukan pengecekan lapangan di beberapa pusat perbelanjaan untuk segmen pasar yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek langsung aktivitas belanja mulai 22 – 25 Maret, pasca penyebaran COVID-19 atau virus corona di Indonesia.
Analis Hariyanto Wijaya menuturkan pihaknya mendapati pelanggan masih menghabiskan uang untuk mengonsumsi bahan pokok, vitamin, masker dan obat-obatan, sembari mengurangi pengeluaran untuk barang konsumer lain.
"Konsumsi barang kebutuhan pokok tetap stabil. Meskipun pengunjung di dalam mal menurun secara signifikan ditengah meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia," tulis Hariyanto dalam risetnya, Jumat (27/3/2020).
Baca Juga
Sekuritas memberikan catatan bahwa orang-orang terus menerus pergi ke supermarket untuk menimbun makanan, minuman, dan bahan pokok lainnya untuk melengkapi kebutuhannya selagi bekerja dari rumah atau work from home.
Beberapa produk populer saat ini adalah Vitamin C dan Propolis yang berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Jenama favorit diantaranya vitamin Blackmores dari Kalbe Farma.
"Selama pemantauan kami di lapangan, kami menemukan bahwa bisnis-bisnis selain makanan pokok dan apotek, semua melambat. Misalnya, jumlah pengunjung ke department store Ramayana, Sports Station, Starbucks, dan Erafone telah menurun secara dramatis," sambungnya.
Jika perlambatan ini berkepanjangan, Hariyanto memperkirakan potensi penurunan pertumbuhan EPS atau earning per share konsensus pada tahun 2020 sebesar 9,9 persen secara year on year pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).