Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awas! Meski Harga Minyak Siuman, Lonjakan Pasokan Masih Mengintai

Harga minyak mentah menguat pada perdagangan Rabu (25/3/2020) menyusul perkembangan terbaru dari kebijakan stimulus di AS.
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada perdagangan Rabu (25/3/2020) menyusul perkembangan terbaru dari kebijakan stimulus di AS.

Di sisi lain, pasar minyak AS masih menunjukkan kekhawatiran bahwa ruang penyimpanan minyak akan terisi penuh karena permintaan yang berkurang.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2020 ditutup menguat 0,48 poin ke level US$24,49 per barel.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2020 menguat 0,24 poin ke level US$27,39 per barel.

Senat berencana mengadakan pemungutan suara pada Rabu terhadap paket bantuan stimulus senilai lebih dari US$2 triliun. Draf stimulus terbaru mencakup pinjaman dan bantuan untuk perusahaan besar, serta negara bagian dan kota senilai sekitar US$500  miliar.

Meskipun menguat menyusul perkembangan terbaru terhadap paket bantuan ekonomi AS, pelaku pasar masih khawatir mengenai lonjakan cadangan minyak mentah AS dalam beberapa pekan mendatang.

Manajer portofolio di Tortoise, Nick Holmes, mengatakan investor masih bergulat terhadap besarnya penurunan permintaan menyusul pandemi virus corona (Covid-19).

“Ditambah dengan lebih banyak pasokan yang masuk ke pasar, hal itu menciptakan dislokasi parah di pasar minyak. Ada banyak ketidakpastian tentang berapa lama permintaan akan tertekan dan seberapa besar tekanan tersebut," ungkap Holmes, seperti dikutip Bloomberg.

Ketika pandemi Covid-19 menutup akses sejumlah negara, kekhawatiran mengenai dampak virus terhadap konsumsi terus meningkat. Kepala Vitol Group memperingatkan permintaan menurun dan akan menyusut lebih lanjut karena India menerapkan lockdown.

Pemerintah AS juga mengambil sikap yang lebih tegas dengan Arab Saudi di tengah perang harga dengan Rusia. Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mendesak Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk memberikan respons yang tepat mengenai pasar energi pada saat ketidakpastian ekonomi.

Intervensi itu terjadi ketika surplus minyak mentah global memburuk, dengan laporan pemerintah AS pada hari Rabu menunjukkan stok naik 1,62 juta barel pekan lalu ke level tertinggi sejak Juli.

Persediaan telah meningkat selama sembilan minggu terakhir secara nasional dan selama tiga minggu berturut-turut di pusat penyimpanan utama di Cushing, Oklahoma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper