Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah terus turun menuju level terendah sejak 2003 seiring dengan memudarnya prospek kesepakatan antara OPEC dan Texas untuk membatasi produksi.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2020 turun 0,5 persen ke level US$22,31 per barel di New York Mercantile Exchange setelah sempat merosot hingga ke level US$20,80.
Sejalan dengan WTI, minyak Brent kontrak Mei anjlok 4,8 persen ke level US$25,68 per barel di ICE Futures Europe Exchange London pada perdagangan Senin (23/3/2020) pukul 08.47 pagi waktu Singapura. Brent bahkan dilaporkan sempat menyentuh level US$24,68 sebelumnya.
Minyak WTI terjerembap 29 persen sepanjang pekan lalu, kemerosotan terbesar sejak 1991, sedangkan Brent merosot 20 persen.
Pada Jumat (20/3/2020), Komisaris otoritas industri minyak dan gas Texas Railroad Ryan Sitton mendapat undangan untuk menghadiri pertemuan yang diadakan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Juni.
Namun, hanya beberapa jam kemudian, harapan untuk adanya kesepakatan mulai burai ketika seruan Sitton untuk membatasi produksi disambut kritik dari sesama regulator dan pengebor.
Baca Juga
Turut membebani minyak, kubu Demokrat di Senat AS memblokir paket pemulihan ekonomi senilai US$2 triliun yang diusung oleh Republik. Paket ini digambarkan terlalu fokus pada perusahaan dengan mengorbankan pekerja.
Kendati negosiasi untuk paket utama tetap mungkin dapat dilakukan, diperlukan waktu lebih lama bagi kedua belah pihak untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan mereka.
Hal tersebut menambah sentimen negatif bagi minyak yang dipicu perang harga Arab Saudi-Rusia. Peluang bagi kedua produsen utama minyak ini untuk mundur dari perselisihan mereka tampak jauh.
Menurut para pengamat, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak mungkin tunduk pada apa yang ia lihat sebagai suatu bentuk pemerasan terkait komoditas ini oleh pihak kerajaan.
Analis Goldman Sachs Group Inc. Damien Courvalin mengatakan kemungkinan harga minyak mentah dunia akan terus jatuh hingga salah satu produsen berhenti memproduksi.
Prospek permintaan juga semakin suram dengan lebih banyak negara yang melakukan lockdown (penguncian wilayah) guna mengatasi pandemi virus corona. Sebagian pedagang melihat permintaan minyak mentah akan turun sebanyak 10 hingga 20 juta barel per hari.
“Beberapa pihak menyebut harga minyak sudah sangat rendah. Namun, hal itu tidak tepat karena yang dialami pasar saat ini tidak pernah terjadi sama sekali sebelumnya,” ujar Amrita Sen, Chief Oil Analyst dari Consultant Energy Aspects Ltd.