Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Jeblok di Atas 4 Persen, Janji Trump Tinggal Janji

Pada penutupan perdagangan Rabu (11/3/2020), Dow Jones turun 5,86 persen menjadi 23.553,22. Indeks S&P 500 merosot 4,89 persen menuju 2.741,38, sementara NASDAQ terkoreksi 4,7 persen ke level 7.952,05, dan NYSE turun 5,22 persen menjadi 11.117,92.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menurun akibat Presiden Donald Trump tidak memerinci langkah stimulus untuk menanggulangi kejatuhan ekonomi.

Pada penutupan perdagangan Rabu (11/3/2020), Dow Jones turun 5,86 persen menjadi 23.553,22. Indeks S&P 500 merosot 4,89 persen menuju 2.741,38, sementara NASDAQ terkoreksi 4,7 persen ke level 7.952,05, dan NYSE turun 5,22 persen menjadi 11.117,92.

Bursa AS terkoreksi akibat penurunan saham blue chip, dan merosot 20 persen dari rekor tertinggi pada Februari 2020. Adapun, S&P 500 anjlok 19 persen dari level puncaknya.

Koreksi pasar saham dipicu deklarasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan penyebaran virus corona akan menghambat pertumbuhan global.

Di sisi lain, Presiden Donald Trump tidak menepati janjinya untuk memberikan rencana stimulus pada Rabu (11/3/2020). Trump malah mengatakan mungkin AS tidak perlu mengambil langkah itu.

“Orang tidak tahu kapan penyebaran virus corona akan surut. Ketidakpastian itu menyebabkan banyak volatilitas,” papar David Spika, President of GuideStone Capital Management, dikutip dari Bloomberg, Kamis (12/3/2020).

Saat ini, pasar dilanda kekhawatiran karena tifak mampu mencegah pukulan besar akibat corona terhadap perekonomian dunia. Oleh karena itu, adanya stimulus dari pemerintahan Trump sangat dinantikan.

Sementara itu, Joe Biden memperkuat posisinya sebagai calon utama presiden dari Partai Demokrat. Ini meredam kekhawatiran terhadap mereka yang menolak kebijakan progresif dari Bernie Sanders.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper