Bisnis.com, JAKARTA - Proyek pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) oleh beberapa emiten akan tetap rampung sesuai target meskipun diterpa sentimen penyebaran virus corona atau Covid-19.
Untuk diketahui, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menuturkan ada beberapa pembangkit program 35.000 MW yang bekerjasama dengan China diperkirakan mengalami keterlambatan karena merebaknya virus Corona.
Berdasarkan catatan Bisnis, setidaknya terdapat tiga emiten yang tengah menggarap PLTU dengan menggandeng perusahaan asal China, yaitu PT Toba Bara Sejahtera Tbk. (TOBA), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan PT Intraco Penta Tbk. (INTA).
Direktur Utama Toba Bara Sejahtera Pandu Sjahrir mengatakan bahwa sampai saat ini pelaksanaan pembangunan dua proyek PLTU milik perseroan, yaitu PLTU Sulbagut-1 dan PLTU Sulut-3 masih berjalan sesuai dengan rencana. Kedua proyek pembangkit yang memiliki kapasitas 22x50 MW itu ditargetkan rampung pada akhir 2020 dan kuartal II/2021.
Dalam pembangunan proyek, TOBA menggandeng Shanghai Electric Power Construction Ltd. untuk proyek di Gorontalo dan Sinohydro Corp. Ltd. di Sulut. Total kepemilikan saham perseroan di kedua PLTU mencapai 80 persen dan 90 persen.
“Meski demikian, apabila penyebaran virus corona ini menjadi berkelanjutan dan dalam jangka waktu yang lama, perlu dilakukan evaluasi kembali dampaknya. Proyek mungkin akan terus dilakukan, tetapi kami akan selalu fokus terhadap keamanan dan kesehatan pekerja kami,” ujar Pandu saat dihubungi Bisnis, Selasa (10/3/2020).
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Hadis Surya memastikan proyek PLTU Sumsel 8 yang memiliki kapasitas 2 x 620 MW akan rampung tepat waktu, yaitu beroperasi secara komersial pada 2021 untuk unit 1 dan 2022 untuk unit 2. Saat ini, progres pengembangan PLTU Sumsel 8 mencapai 32 persen.
Emiten berkode saham PTBA itu menggandeng China Huadian Hongkong Company Ltd., dan membuat perusahaan konsorsium PT Huadian Bukit Asam Power. Perseroan memiliki porsi kepemilikan saham di konsorsium tersebut sebesar 45 persen.
“Gangguan pasti ada dan memang menyebabkan keterlambatan pada milestone tertentu, tetapi overall project schedule masih sangat memungkinkan untuk selesai sesuai target awal,” ujar Hadis kepada Bisnis Rabu (11/3/2020).
Senada, Sekretaris Perusahaan Intraco Penta Ridyawan Anwar mengaku terdapat beberapa gangguan dalam pembangunan proyek PLTU di Bengkulu. Tapi, secara keseluruhan proyek PLTU Bengkulu berkapasitas 2x100 MW tetap rampung sesuai dengan rencana.
Dalam proyek tersebut, perseroan melalui entitas anak usahanya PT Inti Daya Perkasa membuat usaha patungan dengan Bengkulu Power Hongkong Ltd, anak perusahaan Power China Resources Ltd. Emiten berkode saham INTA itu memegang porsi 30 persen pada proyek tersebut.
“Kontraktor kami kan memang dari China, jadi operasional tidak 100 persen dibandingkan hari-hari biasanya, tetapi karena konstruksi sudah lebih dari 90 persen, proyek masih sesuai dengan target,” ujar Ridyawan saat dihubungi Bisnis, Rabu (11/3/2020).
Dia menjelaskan bahwa saat ini proyek konstruksi PLTU Bengkulu sudah hampir selesai, yaitu di atas 90 persen sehingga diyakini akan beroperasi secara komersial sesuai target pada semester satu 2020.