Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Danareksa IM Tingkatkan Nasabah dan NAB Reksa Dana

Saat ini ada beberapa strategi yang mereka terapkan untuk menjaring nasabah ritel mulai dari menggenjot agen penjualan hingga bekerja sama dengan 14 bank distribusi, 13 perusahaan tekfin, dan 4 sekuritas.
Presiden Director Danareksa Marsangap P. Tamba (kiri) dan Managing Director Danareksa Upik Susiyawati (kanan) usai berjumpa awak media di Jakarta, Selasa (10/3/2020)/ Dhiany Nadya Utami-Bisnis.
Presiden Director Danareksa Marsangap P. Tamba (kiri) dan Managing Director Danareksa Upik Susiyawati (kanan) usai berjumpa awak media di Jakarta, Selasa (10/3/2020)/ Dhiany Nadya Utami-Bisnis.

Bisnis.com, JAKARTA—PT Danareksa Invesment Management menargetkan penambahan hingga 10.000 jumlah investor baru atau single investor identification (SID) hingga akhir 2020.

Managing Director Danareksa Upik Susiyawati mengatakan hingga akhir 2019 lalu perseroan memiliki sekitar 80.000 nasabah ritel dan optimistis dapat meningkatkannya hingga 90.000 per akhir tahun.

Menurutnya saat ini ada beberapa strategi yang mereka terapkan untuk menjaring nasabah ritel mulai dari menggenjot agen penjualan hingga bekerja sama dengan 14 bank distribusi, 13 perusahaan tekfin, dan 4 sekuritas.

Upik optimistis target perseroan bakal tercapai. Pasalnya hingga Februari saja mereka sudah mencatatkan 1.200 investor baru. Selain itu Danareksa juga membuat aplikasi ponsel sendiri yang bernama 'InvestASIK' untuk memudahkan nasabahnya bertransaksi.

“Dari fintech itu 1.000 ada investor,” katanya saat bertemu awak media di Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Selain itu, kata Upik, mereka juga melakukan jemput bola ke kampus-kampus untuk memberikan edukasi serta membuatkan program khusus bagi mahasiswa. Ada pula beragam program seperti IbadahAsik, LiburanAsik, dan PensiunAsik.

Presiden Director Danareksa Marsangap P. Tamba mengatakan pihaknya memang ingin mulai memperbesar porsi nasabah ritel. Saat ini porsi nasabah ritel masih berkisar 15% dari total nasabah dan sisanya institusi.

“Karena dari awal dibentuk kan memang tujuannya memberika akses masyarakat ke pasar modal, lewat dana reksa,” kata dia.

Adapun, Danareksa menargetkan nilai aktiva bersih (NAB) setidaknya tumbuh 10 persen dibandingkan NAB mereka tahun lalu yang mencapai Rp34 triliun. Pertumbuhan ini salah satunya ditopang oleh rencana penerbitan produk alternatif seperti RDPT dan Dinfra.

Perusahaan pun optimistis bisnis reksa dana masih akan tumbuh tahun ini. Pasalnya, sejauh ini investor tidak terburu-buru untuk menarik diri dari industri.

Marsangap menilai sejauh ini para investor di reksa dana cenderung tidak melakukan panic selling, terlihat dari jumlah unit penyertaan (UP) Danareksa yang masih menunjukkan pertumbuhan.

Dia memaparkan, sepanjang periode Desember 2019 hingga Februari 2020, UP produk reksa dana berbasis saham naik 3 persen, sementara UP produk reksa dana berbasis suku bunga naik 4 persen.

“Jadi saya melihat untuk RD saham masih wait and see, sampai Februari belum ada tanda-tanda kepanikan. Kalau pun ada [pergerakan] kemungkinan shifting ke produk berbasis suku bunga,” tuturnya.

Sementara dari sisi dana kelolaan, Marsangap menuturkan secara total DIM mencatatkan kenaikan tipis yakni 1 persen sepanjang periode Desember 2019 hingga Februari 2020. Dia menyebut angka tersebut dipengaruhi penurunan NAB produk berbasis saham yang turun hingga 12 persen.

“Wajar karena valuasi portofolio turun,” tambah dia.

Saat ini, kata Marsangap, pertumbuhan dana kelolaan DIM masih ditopang oleh produk rekdasana pendapatan tetap, reksa dana proteksi, serta reksa dana pasar uang.

Adapun, komposisi produk di DIM per Desember 2019 adalah 55 persen produk berbasis suku bunga, 33 persen produk investasi alternatif, serta 12 persen produk berbasis saham.

“Memang dibandingkan pemain lain porsi produk saham kami tidak menonjol,” imbuh Marsangap.

Dia menilai meski wabah corona akan berdampak pada perekonomian, tapi kemungkinan besar hanya memengaruhi sepertiga dari total tahun berjalan dan akan kembali membaik setelahnya.

Mengacu pada tren wabah yang terjadi sebelumnya, Marsangap mengatakan kemungkinan pasar untuk rebound terbilang tinggi. Apalagi Indonesia masih didominasi oleh konsumsi domestik dan stakeholder juga agresif memberikan stimulus.

“Policy maker bersatu dan buat banyak relaksasi. Ini jadi benefit instrument berbasis suku bunga karena kemungkinan harganya turun lebih limited,” ujar dia.

Maka dari itu, dia produk berbasis suku bunga memang diprediksi jadi pilihan investor saat ini. Namun, dia mengimbau nasabah agar tak takut masuk ke produk berbasis saham terutama mereka yang merupakan investor jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper