Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anjlok Lebih dari 7 Persen, Wall Street Cetak Rekor Terburuk Sejak Krisis 2008

Kombinasi kejatuhan harga minyak mentah dan kekhawatiran investor terhadap penyebaran virus corona membuat bursa AS mencetak rekor terburuk sejak krisis 2008.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Senin 9 Maret 2020 menjadi hari yang kelabu bagi bursa Amerika Serikat. Pasar saham anjlok lebih dari 7,5 persen, terburuk sejak krisis keuangan 2008 lalu. 

Dilansir dari Bloomberg, kejatuhan bursa AS dipicu perang harga minyak dan kegelisahan investor terhadap penyebaran virus corona. Imbal hasil obligasi AS pun anjlok sementara harga minyak mentah merosot 20 persen.

Indeks S&P 500 terjerembab paling dalam sejak Desember 2008. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga jatuh hingga 2.000 poin dan saham-saham berkapitalisasi kecil turun lebih dari 9 persen karena investor melarikan modal mereka dari aset berisiko. 

Ini terjadi di tengah kenaikan jumlah kasus virus corona.Investor berteriak-teriak meminta tanggapan dari pemerintahan Donald Trump yang sejauh ini mengisyaratkan mereka yakin penyebaran virus corona akan terkendali.

Hampir semua perusahaan, kecuali sembilan emiten di indeks S&P 500 mengalami penurunan harga. Exxon Mobil dan Chevron turun lebih dari 12 persen sedangkan saham-saham perbankan anjlok 11 person. Saham Apple juga merosot 7,9 persen dan Dow Chemical ambles 22 persen.

Indeks S&P ditutup melemah 7,6 persen ke level 2.746,56 sedangkan indeks DJIA turun 7,79 persen ke posisi 23.851,76. Setali tiga uang, Nasdaq Composite Index (CCMP) juga tersungkur 7,29 persen ke posisi 7.950,68. Dalam satu bulan, S&P 500, DJIA, dan CCMP telah terkoreksi lebih dari 15 persen.

Di awal perdagangan, yaitu pada pukul 09.34 waktu New York, AS atau 21.34 WIB, Wall Street melakukan penghentian perdagangan sementara selama 15 menit untuk mencegah kepanikan pasar lebih besar seperti pada krisis 2008 lalu.

Hingga pukul 21.35 WIB, indeks S&P 500 terpantau melemah 5,15 persen atau 153,12 poin ke level 2.797,91. DJIA dan CCMP juga terkoreksi masing-masing 5,48 persen dan 5,3 persen. 

"Pasar siap dan rentan terhadap volatilitas ini dan minyak mentah baru saja memperburuknya," kata Randy Frederick, wakil presiden perdagangan dan turunan untuk Schwab Center for Financial Research. 

"Virus corona itu sendiri telah menjadi penyebab utama koreksi, tetapi sekarang sedang dibesar-besarkan lebih jauh," ujar nya seperti dilansir dari Bloomberg.

Presiden Donald J. Trump dan tim ekonominya akan mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengatasi dampak dari virus corona dan kejatuhan harga minyak yang berlangsung tiba-tiba. Langkah tersebut antara lain adalah opsi pendanaan untuk pendanaan orang sakit dan bantuan untuk produsen energi AS yang tengah terpukul. 

“Ketika ada kepanikan, cenderung tidak ada penentuan harga aset yang akurat,” Kristina Hooper, kepala strategi pasar global Invesco, mengatakan dalam sebuah wawancara di kantor pusat Bloomberg di New York. 

“Aksi jual hari ini bagi saya merupakan simbol dari itu. Ini benar-benar reaksi spontan terhadap apa yang terjadi selama akhir pekan," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper