Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waduh, Krisis Harga Minyak Seret Bursa AS Lebih Dari 5 Persen

Dilansir dari Bloomberg, Indeks S&P 500 (SPX) yang sempat melemah 7 persen atau 208,16 poin ke level 2.764,21 pada pukul 09.34 waktu New York, AS atau 20.34 WIB
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Amerika Serikat (AS) anjlok lebih dari 5 persen seiring dengan penurunan harga minyak mentah ditambah dengan sentimen wabah virus corona yang juga belum mereda. Perdagangan pun sempat terhenti selama 15 menit.

Dilansir dari Bloomberg, Indeks S&P 500 (SPX) yang sempat melemah 7 persen atau 208,16 poin ke level 2.764,21 pada pukul 09.34 waktu New York, AS atau 20.34 WIB membuat Wall Street melakukan penghentian perdagangan sementara selama 15 menit untuk mencegah kepanikan pasar lebih besar seperti pada krisis 2008 lalu.

Adapun penghentian dagang akan kembali dilakukan bila pelemahan indeks mencapai kontraksi 13 persen. Hingga pukul 21.35 WIB, indeks S&P 500 terpantau melemah 5,15 persen atau 153,12 poin ke level 2.797,91.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Nasdaq Composite Index (CCMP) juga terkoreksi masing-masing 5,48 persen dan 5,3 persen. DJIA terpantau bertengger di level 24.447,17 sedangkan CCMP berada di level 8.120,72.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS (U.S Treasury) tenor 10 tahun merosot hingga di bawah 0,5 persen dan obligasi AS dengan tenor 30 tahun turun pada level 0,9 persen. Ini merupakan kali pertama dalam sejarah imbal hasil seluruh obligasi AS berada di bawah 1 persen.

Anjloknya nilai saham disebabkan oleh kegagalan negara negara anggota OPEC+ untuk menekan produksi minyak dunia. Hal ini mengakibatkan terjadinya perang harga antara Arab Saudi dan Rusia.

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 21.35 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2020 anjlok 17,03 persen atau 7,03 poin menjadi US$343,25 per barel. Adapun, harga minyak Brent kontrak Mei 2020 merosot tajam 18,6 persen menuju US$36,85 per barel.

Bila tren penurunan harga minyak ini berlanjut, hal ini akan memperngaruhi kondisi politik dan anggaran seluruh negara di dunia, memperburuk kondisi utang dan menekan bank sentral di seluruh dunia untuk menghindari resesi.

Sementara itu, pasar modal dan aset safe haven tidak menunjukkan reaksi berarti terkait sentimen Pemerintah AS yang akan merancang kebijakan untuk meredam dampak virus corona terhadap perekonomian, seperti perluasan sementara kebijakan izin sakit dibayar dan insentif untuk membantu perusahaan yang terdampak wabah virus ini.

“Kondisinya memang cukup kritis sekarang, terasa seperti krisis pada 2007 – 2008 lalu dimana setiap minggu batas bawah penurunan selalu ditembus,” ujar Equity Derivatives Strategist di RBC Capital Markets Amy Wu Silverman dikutip dari Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper