Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EMITEN ALAT BERAT: Meski Berat, Kinerja Kuartal I/2020 Masih kuat

Sejumlah emiten alat berat masih percaya diri dan belum akan merevisi target penjualan 2020 kendati permintaan keseluruhan tahun diproyeksi semakin tertekan.

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten distributor alat berat mengaku belum melihat adanya dampak penurunan permintaan yang signifikan pada kuartal I/2020 seiring dengan sentimen penyebaran virus corona atau covid-19.

Sejumlah emiten itu masih percaya diri dan belum akan merevisi target penjualan 2020 kendati permintaan keseluruhan tahun diproyeksi semakin tertekan.

Investor Relations PT United Tractors Tbk. Ari Setiyawan mengatakan bahwa hasil penilaian saat ini belum terdapat dampak penyebaran virus corona yang dapat mempengaruhi penjualan alat berat dan akan terus memonitor perkembangan sentimen tersebut.

“[virus corona] belum mempengaruhi penjualan alat berat, dan kami belum merevisi target penjualan Komatsu tahun ini, yaitu sebanyak 2.900 unit atau target yang sama dengan tahun lalu,” ujar Ari saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (6/3/2020).

Berdasarkan laporan kinerja Januari, emiten berkode saham UNTR itu membukukan penjualan alat berat merek Komatsu sejumlah 251 unit, turun 45 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai penjualan hingga 465 unit.

Namun demikian, secara month to month (mtm) kinerja penjualan alat berat itu berhasil naik signifikan sebesar 202 persen dibandingkan dengan capaian Desember 2019 yang hanya mencapai 83 unit.

Adapun, pasar di sektor kehutanan mendominasi penyerapan penjualan alat berat, yaitu sebesar 32 persen, kemudian dilanjutkan oleh sektor tambang sebesar 31 persen, konstruksi 27 persen, dan sektor perkebunan sebesar 10 persen.

Sepanjang 2019, perseroan berhasil mencatatkan penjualan alat berat merek Komatsu sejumlah 2.926 unit.

Senada, Sekretaris Perusahaan PT Intraco Penta Tbk. Ridyawan Anwar mengatakan bahwa sejauh ini dampak penyebaran virus corona belum mempengaruhi kinerja penjualan alat berat pada kuartal pertama.

Dia juga mengatakan bahwa sebagian besar penjualan alat berat perseroan merupakan merek Volvo asal Swedia, sedangkan penjualan alat berat asal China, seperti merek Sinotruck, berkontribusi tidak begitu besar sehingga permintaan secara keseluruhan tidak berubah signifikan.

“Semua pengiriman masih berjalan seperti biasa pada kuartal satu, tetapi belum bisa dipastikan bagaimana kuartal kedua dan ketiga, mungkin pengiriman menjadi lebih ketat,” ujar Ridyawan.

Kendati demikian, dia mempertahankan target pendapatan penjualan alat beratnya tahun ini naik 10 persen hingga 15 persen dari realisasi tahun lalu.

Emiten berkode saham INTA itu tetap optimistis terhadap targetnya seiring dengan upaya perseroan mendiversifikasi pasar penjualan alat berat di luar sektor tambang.

Perseroan berharap penjualan alat berat merek Tata Motors yang baru dirilis pada September 2019 di Balikpapan dapat mengimbangi penurunan penjualan alat berat dari sektor pertambangan dan perkebunan.

Ridyawan menjelaskan bahwa penjualan dari sektor pertambangan dan perkebunan diproyeksi masih dalam tekanan tahun ini seiring dengan harga batu bara dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tahun ini yang juga dalam tren penurunan sehingga menahan perusahaan terkait melakukan pembelian alat berat.

Per September 2019, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp1,6 triliun, turun sekitar 26 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,2 triliun. Ridyawan mengaku penurunan pendapatan disebabkan harga batu bara yang lemah dan menahan ekspansi penambang.

Sementara itu, Djonggi Gultom, Direktur PT Hexindo Adiperkasa Tbk. mengaku bahwa penyebaran virus corona cukup menghambat kinerja perseroan pada tiga bulan pertama 2020.

Pihaknya sudah melihat adanya penurunan permintaan yang sebelumnya sudah dalam tekanan, walaupun dia tidak menjelaskan seberapa besar penurunannya.

“Prospek permintaannya semakin turun, semua pembeli jadi wait and see apalagi nilai tukar rupiah juga semakin tinggi,” ujar Djonggi kepada Bisnis.com, Jumat (6/3/2020).

Dia juga mengatakan bahwa tahun ini akan menjadi tahun lain yang cukup menantang bagi perseroan. Untuk menghadapi penurunan tersebut, emiten berkode saham HEXA telah mempersiapkan beberapa langkah yang dia sebutkan sebagai ‘survival program’.

Perseroan akan berupaya mendiversifikasi usaha untuk tidak bergantung terhadap sektor tambang, karena penurunan harga batu bara dan sentimen virus corona itu membuat penambang lebih menjaga alat beratnya dan tidak melakukan pembelian alat baru.

Oleh karena itu, Djonggi mengungkapkan perseroan akan jemput bola dengan fokus untuk menjual bahan suku cadang dan menjual jasa servis alat berat untuk penambaang.

“Kami juga akan melakukan efisiensi, intinya 2020 bisa survive saja kami sudah bagus. Kalau semester I/ 2020 tren sudah naik kami optimis semester II/2020 bisa lebih naik, tentu dengan syarat penyebaran virus corona sudah mereda,” jelas Djonggi.

Adapun, pada kuartal III/2019 (September - Desember 2019), perseroan membukukan pendapatan naik 1 persen sebesar US$320 juta dibandingkan dengan 2018 sebesar US$315 juta. Permintaan pada kuartal itu pun turun 26 persen dibandingkan dengan 2018, yaitu dari 7.136 unit turun menjadi 5.248 unit.

Selain itu, penjualan hingga kuartal III/2019 turun 22 persen menjadi hanya sebesar 1.150 unit. Dia menjelaskan bahwa kenaikan pendapatan didukung oleh penjualan eskavator yang nilainya lebih besar.

Di sisi lain, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan bahwa kinerja emiten alat berat tahun ini diproyeksi masih tertekan seiring dengan mayoritas pembeli yang merupakan penambang yang tengah menahan ekspansinya tahun ini.

“Tetapi, upaya beberapa emiten melakukan diversifikasi usahanya seperti ke lini tambang emas, ke logistik, hingga jasa servis alat berat yang akan membuat emiten alat berat bertahan di tengah prospek pendapatan yang turun,” ujarnya.

Dia menjadikan saham UNTR sebagai top picks untuk emiten sektor alat berat karena diversifikasa usaha yang paling menarik di antara saham emiten lainnya. Dia menargetkan saham UNTR tahun ini dapat menyentuh Rp17.900 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper