Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memilih Aset Safe Haven: Adu Kuat Emas, Dolar, dan Yen

Aset safe haven atau aset investasi aman adalah aset yang kerap menjadi tujuan dari pelarian investor ketika kondisi ekonomi global penuh dengan risiko dan ketidakpastian.
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Jumat (1/3/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Jumat (1/3/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin itu peribahasa yang ingin sekali dihindari oleh para investor di tengah banyak ketidakpastian pasar. Saat ini, tidak sedikit aset investasi yang terus menguras keuntungan investor.

Investor pun membutuhkan strategi yang cakap agar tidak buntung. Salah satunya, mungkin diversifikasi portofolio melalui aset safe haven yang saat ini dalam tren bullish.

Untuk diketahui aset safe haven atau aset investasi aman adalah aset yang kerap menjadi tujuan dari pelarian investor ketika kondisi ekonomi global penuh dengan risiko dan ketidakpastian.

Adapun, aset yang dianggap sebagai aset investasi aman antara lain emas, dolar AS, dan yen Jepang. Emas dianggap sebagai aset lindung nilai karena sifatnya yang memiliki ketersediaan langka, banyak diminati, dan sangat berharga secara intrinsik.

Sementara itu, yen dinilai sebagai aset safe haven karena status Jepang yang merupakan kreditor terbesar dunia, sedangkan dolar AS dilirik sebagai aset investasi aman karena secara historis greenback berhasil stabil dan mempertahankan kekuatannya saat mata uang lainnya merosot.

Sepanjang tahun berjalan 2020 investor tampak terus memburu aset-aset itu untuk mempersolek aset portofolio agar tidak begitu merana dalam kerugiannya dipicu oleh penyebaran virus corona atau covid-19 yang melemahkan ekonomi global. Hal tersebut tercermin dari pergerakan masing-masing harga aset surga yang betah parkir di zona hijau.

Berdasarkan data Bloomberg, secara year to date emas telah bergerak menguat 7,6 persen dan sempat menyentuh level tertingginya sejak 2013 di level US$1.648,8 per troy ounce. Dengan sentimen yang beredar saat ini, emas pun tampak belum akan hinggap di zona merah dan terus melanjutkan penguatannya.

Adapun, posisi emas itu adalah level tertinggi ketiga setelah harga emas pernah menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah pada 1 Agustus 2011 di harga US$1.820 per troy ounce dan US$1.770 per troy ounce pada 3 September 2012.

Pada 2019 pun, harga emas mencatatkan kenaikan tahunan sekitar 18 persen, menjadi kinerja terbaiknya sejak 2010. Seiring dengan berkilaunya logam mulia, harga emas batangan dalam negeri oleh PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga kian menguning.

Harga emas batangan Antam pada perdagangan Sabtu (22/2/2020), berhasil menyentuh level tertingginya sepanjang sejarah, menembus level Rp804.000 per gram. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga emas antam telah bergerak naik 5,51 persen.

Bahkan, Goldman Sachs Group telah menaikkan perkiraan harga emasnya, yaitu menuju level US$1.750 per troy ounce pada kuartal pertama tahun ini dan secara substansial bisa menuju US$1.850 per troy ounce pada kuartal kedua tahun ini.

Pada penutupan perdagangan Jumat (23/2/2020), harga emas di bursa Comex menguat 1,75 persen ke level US$1.648,8 per troy ounce.

Selain itu, aset investasi lainnya yaitu dolar AS juga telah diuntungkan oleh aksi berlindung oleh investor. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 3,37 persen dengan level tertinggi tahun ini di level 99,865 dan terus menguji level psikologis 100.

Pada penutupan perdagangan Jumat (21/2/2020), indeks dolar AS berada di level 99,26.

Kendati demikian, yen Jepang tampak tidak memanfaatkan momentum penguatan aset safe haven. Secara year to date, yen justru melemah 2,8 persen dengan rata-rata harga berada di posisi 109,59 yen per dolar AS. Pada perdagangan Jumat (21/2/2020), yen ditutup di level 111,61 yen per dolar AS dan menguat 0,44 persen.

Terpuruknya pergerakan yen didorong ekonomi Jepang yang tengah dalam ancaman resesi, sehingga mengalahkan sentimen bahwa Negara Sakura tersebut masih pemegang aset asing terbesar dunia.

Terlepas dari hal itu, secara keseluruhan masih banyak analis yang percaya tren penguatan bagi semua aset investasi aman, tidak terkecuali yen, ini akan berlanjut.

“Permintaan aset investasi aman didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap pertumbuhan global yang diyakini melemah jika penyebaran virus corona tidak segera berakhir dan tampaknya belum akan segera berakhir,” ujar Analis CBA Vivek Dhar seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (23/2/2020).

Jadi, aset surga mana yang Anda pilih untuk mendulang keuntungan lebih di tengah kondisi pasar saat ini?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper