Bisnis.com, JAKARTA – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure sebanyak Rp1,4 triliun sepanjang 2020.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan INTP Oey Marcos mengatakan alokasi belanja modal akan tersebar ke tiga proyek yang menjadi fokus utama perseroan. Dia menjabarkan, proyek tersebut meliputi pembangunan infrastruktur jaringan listrik dari PLN di pabrik Kalimantan.
Selain itu, belanja modal juga dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur penerimaan Refuse Derived Fuel (RDF) atau instalasi pengolah sampah menjadi material bahan bakar di pabrik Citeureup. Terakhir, INTP juga siap merogoh kocek untuk penyelesaian proyek tambang aggregate di Cariu, Bogor.
“Untuk tahun 2020, pencadangan capex kami sebesar kurang lebih Rp1,4 triliun. Pendanaan tersebut akan berasal dari kas internal perseroan,” katanya kepada Bisnis, Senin (24/2/2020).
Secara umum, INTP masih berupaya menyiasati kondisi pasar yang kelebihan pasokan. Salah satu strategi yang disiapkan adalah dengan berfokus pada pangsa pasar utama, peningkatan efisiensi, serta mendorong program pemasaran.
Perseroan, lanjut Marcos, akan mengoptimalkan pengiriman semen melalui terminal-terminal yang ada, serta memaksimalkan pengiriman menggunakan kereta api. Efisiensi dari sisi produksi juga akan dilakukan dengan menjalankan pabrik-pabrik baru.
Dari sisi produk, perseroan juga belum berencana melakukan diversifikasi di tengah kondisi pasar seperti saat ini. Terlebih, saat ini perseroan juga sudah memiliki anak usaha yang memproduksi ready mix dan menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.
Marcos menyebut, meski kondisi pasar masih dihantui kelebihan pasokan, dia menyatakan perseroan tetap optimistis pasar indonesia akan tumbuh. Sejalan dengan proyeksi Asosiasi Semen Indonesia (ASI), perseroan memprediksi adanya pertumbuhan konsumsi semen sekitar 3—4 persen pada 2020.
Pada awal tahun ini, khususnya sepanjang Januari, penjualan industri semen memang cukup terganggu. Namun, dia menyebut hal ini terjadi lantaran faktor kondisi cuaca buruk sepanjang periode tersebut. Adapun, mewabahnya virus corona dinilai belum memberi dampak terhadap industri.