Bisnis.com, PEKANBARU—PT Perkebunan Nusantara V atau PTPN V tetap optimistis bakal mengeksekusi rencana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada tahun ini kendati kondisi pasar modal masih menantang.
Jatmiko Santosa, Direktur Utama PTPN V, mengungkapkan saat ini tim persiapan IPO sudah bekerja dan sedang dalam proses penunjukan lembaga dan profesi penunjang. Sejauh ini, perusahaan perkebulan pelat merah itu baru menunjuk profesi konsultan hukum.
“Untuk IPO kami sedang studi dan kaji terus, legal dan due dilligence sedang jalan semua. Kami terus koordinasi dengan pemegang saham juga dan masih melihat [kondisi] market,” kata Jatmiko di Pekanbaru, Jumat (14/2/2020).
Dirinya melanjutkan, setelah melihat waktu yang pas baru lah dokumen resmi untuk pengajuan IPO bakal diteruskan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Adapun, PTPN V menargetkan realisasi listing pada tahun ini setidaknya terjadi pada paruh kedua 2020. Untuk ukuran dana yang akan dihimpun, Jatmiko belum bisa menyampaikan karena masih dihitung.
Dia menegaskan pada prinsipnya, perseroan ingin IPO ini dapat diterima di pasar dan saham yang ditawarkan menjadi likuid. Dengan kata lain, pelaksanaan IPO ini bukan hanya sekadar mengubah status menjadi perusahaan tercatat.
Baca Juga
Pasalnya, IPO ini bakal jadi bagian dari upaya memperbaiki kondisi keuangan seluruh holding Grup PTPN,.
“Saya sampaikan juga ke pemegang saham, kalau ini dijadikan bagian dari langkah restruktursisasi Grup PTPN, artinya kita tidak boleh main-main dalam IPO ini. Ini beneran IPO, bukan abal-abal lah istilahnya,” kata dia.
Hal terpenting, lanjut Jatmiko, perseroan tetap mencermati segala perkembangan yang terjadi di pasar mengingat kondisi bursa domestik yang masih terselimuti sentimen negatif telah menekan IHSG sebesar 6,87 persen ke level 5.866,94 secara year-to-date (ytd) hingga akhir pekan lalu.
Dengan demikian, perseroan akan tetap melanjutkan persiapan penuh untuk dapat go public pada tahun ini dan segera melantai ketika waktu sudah dinilai tepat.
“Kami tidak bisa memaksakan, optimis sendirian juga tidak mungkin. Makanya kami lihat kondisi pasar, yang pasti kami lakukan persiapan penuh untuk [listing] tahun ini,” ujar Jatmiko.
HILIRISASI SAWIT
Lebih lanjut, Jatmiko menyampaikan sebagian dana yang dihimpun lewat IPO nanti bakal digunakan untuk memperkuat hilirisasi produk kelapa sawit milik perseroan.
"Kemarin kami bicara dengan pemegang saham, kan Riau ini [kebun[ sawit terbesar di Indonesia. Dari posisi itu, otomatis potensi hilirisasi kan di sini," ujarnya.
Saat ini, PTPN V telah menandatangani kontrak dengan PT Pertamina sebagai pemasok buah sawit untuk produksi biodiesel yang menjadi program pemerintah.
Namun, secara paralel, perseroan juga berkomunikasi dengan sejumlah pihak yang memiliki teknologi untuk mengembangkan sisi hilirisasi produk sawit. Adapun, saat ini proses pengajian untuk hilirisasi ini tengah dilakukan di Kota Dumai.
"Teknologi yang berbeda ini ditimbang-timbang, mana yang paling efisien karena ada beberapa teknologi. Sangat mungkin [dana] IPO nanti sebagian untuk masuk ke hilirisasi," ujar Jatmiko.
Sebelumnya, Bank Indonesia Perwakilan Riau juga menyarankan perlunya hilirisasi untuk menjawab tantangan dari menurunnya permintaan kelapa sawit dan minyak bumi dari luar negeri.
Kepala Perwakilan BI Riau Decymus menyampaikan saat ini berbagai hambatan dari negara tujuan ekspor kelapa sawit banyak menyasar produk primer dan intermediate. Dengan mendorong hilirisasi, produk-produk final goods berbasis kelapa sawit akan selamat dan tidak banyak mengalami hambatan.
“Sektor berbasis kelapa sawit dan minyak bumi sudah sejak lama menjadi sektor yang besar, hampir 80 persen ekonomi Riau. Tiada tantangan yang lebih relevan atas sektor gemuk ini selain hilirisasi,” tuturnya.
Dirinya menegaskan bahwa hilirisasi di Riau masih dapat lebih ditingkatkan lagi. Saat ini, industri berbasis kelapa sawit di Riau baru mampu menghasilkan 20 jenis produk turunan, jauh di bawah Malaysia yang sudah menghasilkan 147 produk turunan.