Bisnis.com, JAKARTA – Indeks S&P 500 Amerika Serikat mampu memperpanjang rekor tertingginya pada perdagangan Selasa (11/2/2020) di tengah laporan bahwa Komisi Perdagangan Federal menyelidiki akuisisi sejumlah perusahaan teknologi terbesar.
Indeks S&P 500 ditutup menguat 0,17 persen ke level 3.357,75, memperbarui rekor tertiggi terbarunya. Sementara itu, indeks Nasdaq menguat 0,11 persen.
Di sisi lain, indeks Dow Jones berakhir cenderung flat dengan pelemahan hanya 0,48 poin ke level 29.276,34.
Penguatan pada indeks menipis dari level tertinggi pada perdagangan Selasa menyusul laporan bahwa Komisi Perdagangan Federal (FTC) meminta informasi mengenai akuisisi sejumlah startups oleh perusahaan teknologi AS.
FTC mengeluarkan surat perintah kepada Alphabet Inc. Google, Apple Inc., Facebook Inc., Amazon.com Inc. dan Microsoft Corp. untuk memberikan informasi tentang syarat dan tujuan transaksi yang mereka lakukan dari awal 2010 hingga 2019.
Saham Facebook Inc dan Microsoft Corp berada di antara penurunan terbesar dalam indeks dengan pelemahan masing-masing 2,76 persen dan 2,26 persen. Di sisi lain, saham kesehatan dan konsumen memimpin penguatna.
Baca Juga
Semetara itu, investor menjadi lebih bullish akhir-akhir ini meskipun wabah coronavirus mulai berdampak terhadap sejumlah aktivitas ekonomi, menandakan adanya kepercayaan bahwa bank sentral dapat melonggarkan kebijakan jika pertumbuhan melambat.
Dalam sambutannya kepada Kongres pada Selasa, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral terus mengawasi kejatuhan ekonomi menyusul dampak wabak virus corona yang terus mengganggu perjalanan dan perdagangan.
Di sisi lain, Powell masih bersikap positif tentang prospek ekonomi AS.
"Dengan fundamental yang kuat, situasi ketenagakerjaan yang kuat dan inflasi di jalurnya, sikap Powell yang optimis dan berhati-hati tidak terlalu mengejutkan, terutama karena ketakutan coronavirus dan ketegangan perdagangan sudah dekat," kata Mike Loewengart, wakil presiden strategi investasi di E-Trade Financial, seperti dikutip Bloomberg.
"Apa yang masih harus dilihat adalah efek dari coronavirus pada pertumbuhan global, yang sudah mulai mereda."