Bisnis.com, JAKARTA – Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot gagal menutup akhir pekan ini parkir di zona hijau, meskipun cadangan devisa Indonesia sepanjang Januari 2020 mencatatkan kinerja yang cukup impresif.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (7/2/2020) rupiah berada di level Rp13.675 per dolar AS, melemah 0,293% atau 41 poin. Padahal, sebelumnya rupiah berhasil menguat selama empat hari perdagangan berturut-turut pada pekan ini.
Kinerja rupiah kali ini pun menjadi kinerja mata uang Asia terburuk ketiga, tepat diatas ringgit yang melemah 0,36% dan won yang terdepresiasi 0,543%.
Kendati demikian, sepanjang tahun berjalan 2020 rupiah masih jauh memimpin penguatan di antara mata uang Asia, yaitu naik 1,397%. Rupiah berhasil menunjukkan keperkasaannya sepanjang year to date di saat mayoritas mata uang Asia terkapar di zona merah.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa cadangan devisa yang terus meningkat seharusnya mampu mendukung ketahanan mata uang dari sektor eksternal dan menjaga stabilitas ekonomi makro ekonomi serta keuangan. Namun, rupiah gagal menguat di tengah sentimen tersebut.
Sebagai informasi, cadangan devisa Indonesia pada Januari 2020 tercatat naik di level yang cukup impresif, sebesar US$131,7 miliar dibandingkan dengan pencapaian Desember 2019 sebesar US$129,2 miliar.
Baca Juga
“Dalam penutupan pasar akhir pekan ini rupiah ditutup melemah , tetapi dalam perdagangan Senin (10/2/2020) rupiah akan dibuka menguat imbas dari data dalam negeri yang positif di kisaran Rp 13.586 per dolar AS hingga Rp13.720 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat (7/2/2020).
Rupiah juga melemah meskipun terdapat optimisme pasar terhadap hubungan dagang AS dan China yang membaik setelah Negeri Panda mengumumkan akan menurunkan separuh tarif impor sebesar US$75 miliar untuk produk AS sebagai upaya China memenuhi janji dari kesepakatan dagang tahap pertama.
Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Andian mengatakan bahwa rupiah gagal membukukan penguatan di akhir pekan karena kecenderungan dolar AS yang menguat menjelang data Non Farm Payroll (NFP) AS yang akan dirilis pada Jumat (7/2/2020) sore waktu AS.
Data tersebut diproyeksi naik lebih tinggi daripada periode sebelumnya. Analis memperkirakan NFP AS periode Januari 2020 berada di level 163.000 dibandingkan dengan capaian sebelumnya sebesar 145.000.
“Jika data NFP AS dirilis lebih baik atau setara dengan perkiraan tersebut maka rupiah akan melemah pada perdagangan pekan depan. Namun, sebaliknya jika data tersebut dirilis lebih rendah maka rupiah berpotensi untuk kembali menguat,” ujar Andian saat dihubungi Bisnis, Jumat (7/2/2020).
Dia memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 13.550 per dolar AS hingga Rp13.850 per dolar AS sepanjang pekan depan. Adapun, saat ini indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,1% menjadi 98,595.
Di sisi lain, sentimen penyebaran virus corona yang diyakini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global sudah mulai mereda seiring dengan minimnya perkembangan baru dari virus tersebut.