Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten distributor gas, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) dinilai masih memiliki prospek negatif meskipun perseroan bakal akuisisi Blok Muriah.
Janson Nasrial, Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera, mengatakan bahwa penambahan jaringan melalui akuisisi Blok Muriah memang bagus meskipun cadangannya sedikit tetapi yang paling akan mempengaruhi kinerja PGAS adalah penyesuaian harga gas industri yang direncanakan berlaku pada 1 April 2020.
Sebagai informasi, PGAS akan mengakuisisi Blok Muriah dari Petronas Carigali Muriah Ltd (PCML). Kendati demikian, Produksi di blok tersebut hanya tersisa sekitar 26 MMscfd.
“Walaupun jumlah distribusi gas bertambah, supplier juga bertambah tetapi tetap jika harga gas industri diturunin pasti akan mempengaruhi kinerja PGAS secara keseluruhan,” ujar Janson saat dihubungi Bisnis, Rabu (5/2/2020).
Hal tersebut dikarenakan penggunaan gas lebih banyak dari industri dibandingkan dengan pemakaian rumah tangga.
Dia juga mengatakan bahwa penyesuaian harga tersebut akan berdampak pada profile credit perseroan mengingat leverage PGAS cukup tinggi. Selain itu, jika harga gas industri di intervensi maka tidak memungkina ebitda PGAS makin lama makin turun.
Adapun, dia menilai harga saham PGAS kini telah sulit untuk menembus Rp1.900 per saham. Pada penutupan perdagangan Rabu (5/2/2020), harga saham PGAS melemah 2,96% menjadi Rp1.475 per saham.
Dia mengatakan bahwa jika harga saham PGAS dapat menyentuh Rp1.600 per saham, maka saham akan menarik untuk dibeli.
“Hanya prospek earningnya terganggu akibat penyesuaian harga gas industri, jadi saya netral terhadap harga saham PGAS,” ujar Janson.