Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebaran Virus Corona Tekan Permintaan Komoditas Agrikultur

Keseluruhan harga komoditas agrikultur berada dalam tekanan dipicu kekhawatiran pasar bahwa penyebaran virus corona akan berdampak pada ekonomi China.
Warga mengenakan masker di stasiun kereta di Beijing, China, Jumat (24/1/2020)./Yomiuri Shimbun via Reuters
Warga mengenakan masker di stasiun kereta di Beijing, China, Jumat (24/1/2020)./Yomiuri Shimbun via Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Penyebaran virus corona yang begitu cepat dan makin meluas membuat prospek permintaan kelompok komoditas agrikultur kembali dibayangi awan gelap. Akibatnya, harga diproyeksi siap bertahan di zona merah dalam jangka pendek.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (27/1/2020) hingga pukul 14.58 WIB, mayoritas komoditas agrikultur mencatatkan kinerja yang lemah. Harga kacang kedelai berjangka untuk kontrak Maret 2020 di CBOT melemah 0,83 persen menjadi US$0,894 per bushel, level terendah dalam sebulan terakhir.

Pada pekan lalu, kacang kedelai membukukan kinerja penurunan mingguan kedua berturut-turut sejak November 2019, yaitu melemah 2,3 persen setelah terkoreksi 1,7 persen pada perdagangan sepekan sebelumnya. Kinerja tersebut pun menjadi kinerja mingguan terburuk sejak 6 pekan terakhir.

Sementara itu, harga gandum kontrak Maret 2020 di CBOT melemah 1,39 persen menjadi US$0,565 per bushel, harga jagung kontrak Maret 2020 di CBOT melemah 1,03 persen menjadi US$0,383 per bushel, dan harga minyak kedelai melemah 1,62 persen menjadi US$0,0315 per pon.

Pada perdagangan Jumat (24/1), harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) untuk kontrak April 2020 di bursa Malaysia terjun 2,19 persen menjadi 2.861 ringgit per ton, kehilangan daya tariknya dari pasar setelah mengalami reli cukup panjang pada awal tahun. Harga CPO telah merosot untuk dua perdagangan berturut-turut.

Dalam perdagangan yang sama, kopi untuk pengiriman Maret 2020 di bursa ICE menutup pekan lalu melemah 2,18 persen menjadi US$0,110 per pon, kakao kontrak Maret 2020 di bursa ICE turun 1,37 persen menjadi US$2.733 per ton, dan gula kontrak Maret 2020 turun 1,24 persen menjadi US$0,0143 per pon.

Keseluruhan harga komoditas agrikultur tersebut berada dalam tekanan dipicu kekhawatiran pasar bahwa penyebaran virus corona akan berdampak pada ekonomi China sehingga melemahkan permintaan bahan baku pangan dari Negeri Panda, sebagai salah satu konsumen komoditas terbesar di dunia.

Manajer Penjualan Institusional Phillip Futures Kuala Lumpur Marcello Cultrera mengatakan peningkatan yang cepat dalam kasus virus corona di China dapat berdampak pada arus pariwisata domestik selama festival musim semi dan mengurangi permintaan komoditas agrikultur, salah satunya minyak nabati.

Akibatnya, harga CPO diprediksi bertahan di zona merah dalam jangka pendek serta dibayangi sentimen penurunan permintaan dari India dan kondisi pasar yang cenderung lebih sepi seiring dengan libur Tahun Baru Imlek.

“Pedagang tidak mungkin kembali ke pasar secara besar-besaran selama 2 pekan ke depan,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Minggu (26/1).

Sementara itu, Analis Shanghai JC Intelligence Alice Xuan menuturkan penyebaran virus mematikan tersebut telah membuat mayoritas masyarakat China cenderung menghindari daerah ramai seperti restoran. Oleh karena itu, konsumsi bahan pangan China kemungkinan besar akan tertekandi tengah tradisi perayaan Imlek ketika keluarga umumnya berkumpul untuk makan bersama di restoran.

“Konsumsi daging terutama, umumnya lebih populer dikonsumsi di restoran daripada di rumah, jadi konsumsi jenis makanan itu kemungkinan lebih lemah dari yang diharapkan pada Tahun Baru Imlek kali ini,” paparnya dalam publikasi risetnya seperti dilansir Bloomberg, Minggu (26/1).

Lebih sedikit konsumsi daging di China akan mengurangi permintaan terhadap kedelai global, mengingat China merupakan importir kedelai terbesar dunia dan kedelai merupakan bahan pakan hewan ternak.

Wabah ini menambah kekhawatiran pasar terhadap penurunan penggunaan pakan karena demam babi Afrika, yang telah memangkas sebagian besar ternak babi di China. Pasar juga kecewa dengan kurangnya pembelian dari China setelah penandatanganan kesepakatan perdagangan dengan AS sehingga harga kedelai melemah.

Tidak hanya itu, liburan China selama sepekan untuk menandai Tahun Baru Imlek membuka kemungkinan akan terdapat penundaan lebih lanjut untuk pembelian apa pun oleh para pedagang.

Oleh karena itu, dapat dipastikan pasar akan melihat mayoritas harga komoditas agrikultur berada dalam tekanan sepanjang pekan. Bahkan, beberapa analis menilai harga tidak akan dapat bergerak berbalik menguat sampai vaksin virus ditemukan dan risiko ekor pandemi dapat disingkirkan.

Mengutip Bloomberg, lebih dari 2.000 orang di seluruh dunia, sebagian besar di China, telah terinfeksi virus corona. Pada Senin (27/1), Pemerintah China mengonfirmasi 2.794 kasus pasien yang terinfeksi dan jumlah kematian akibat virus telah meningkat menjadi 80 jiwa.

Virus tersebut, yang diyakini berasal dari pasar makanan laut yang menjual satwa liar secara ilegal di pusat kota Wuhan, China, telah menyebar ke kota-kota lain di China termasuk Beijing dan Shanghai. Virus corona juga sudah masuk negara lain termasuk Amerika Serikat, Thailand, Korea Selatan, Jepang , Australia, Prancis, dan Kanada.

Beijing telah memperpanjang libur Imlek hingga pekan depan dan menghentikan arus perjalanan dari Wuhan, yang pada dasarnya mengunci kota dengan total penduduk sebanyak 11 juta orang tersebut, untuk menghentikan penyebaran virus baru yang menyerupai SARS.

Selain itu, otoritas kesehatan China mendesak orang-orang untuk tidak berjabatan tangan.

KomoditasSatuanHargaPergerakanPergerakan YTD
Kedelai*US$/bushel0,894(0,83%)(5,14%)
Minyak kedelai*US$/pon0,0315(1,62%)(8,67%)
Gandum*US$/bushel0,565(1,39%)1,21%
Jagung*US$/bushel0,383(1,03%)(1,16%)
Minyak kelapa sawit**Ringgit/ton2.861(2,19%)(3,81%)
Kopi**US$/pon0,110(2,18%)(15,07%)
Kakao**US$/ton2.733(1,37%)7,6%
Gula**US$/pon0,014(1,24%)7,23%

Keterangan:
* = perdagangan Senin (27/1/2020) pukul 14.58 WIB
** = perdagangan Jumat (24/1/2020)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper