Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Respons Virus Mematikan, Bursa Asia Berbalik Menguat

Bursa Asia berhasil berbalik menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (22/1/2020), di tengah upaya China membendung wabah virus yang menyulut kekhawatiran akan pandemi global.
Seorang pria melihat papan elektronik yang menunjukkan rata-rata indeks Nikkei Jepang di Tokyo, Jepang, 13 November 2018./REUTERS-Toru Hanai
Seorang pria melihat papan elektronik yang menunjukkan rata-rata indeks Nikkei Jepang di Tokyo, Jepang, 13 November 2018./REUTERS-Toru Hanai

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia berhasil berbalik menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (22/1/2020), di tengah upaya China membendung wabah virus yang menyulut kekhawatiran akan pandemi global.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pacific, selain Jepang, menguat 0,71 persen. Penguatan ini memulihkan hampir separuh koreksi tajam yang dialami pada perdagangan Selasa (21/1/2020).

Sementara itu, indeks Nikkei Jepang, Kospi Korea Selatan, dan Hang Seng Hong Kong menguat lebih dari 0,50 persen masing-masing.

Di China, indeks Shanghai Composite berbalik naik 0,01 persen setelah sempat melorot 1,4 persen akibat terbebani kekhawatiran atas dampak wabah virus corona (coronavirus) baru terhadap pariwisata dan permintaan domestik.

Kekhawatiran tentang penularan virus tersebut, terutama saat jutaan orang bepergian untuk perayaan Tahun Baru Imlek, telah melongsorkan bursa saham global dari rekornya pada Selasa.

Wabah ini mengingatkan kembali akan epidemi Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002-03, yang membunuh hampir 800 orang dan menekan dunia travel.

Namun kali ini, respons dan sikap terbuka China - berbeda dengan saat wabah SARS merebak - telah membantu meyakinkan investor mengatasi kekhawatiran tentang kemungkinan kejatuhan global.

Komisi Kesehatan Nasional China pada Rabu (22/1/2020) mengungkapkan sebanyak 440 orang di 13 provinsi China telah dipastikan terinfeksi virus ini, sementara korban jiwa bertambah menjadi sembilan orang.

Pihak otoritas dikabarkan akan meningkatkan pemantauan jaringan transportasi nasional, serta mengadopsi langkah-langkah paling ketat untuk memantau siapa pun yang terjangkiti.

“Belum ada wabah besar yang dilaporkan lebih lanjut, dan tanggapan dari otoritas China sangat, sangat positif. China adalah [negara berpopulasi] 1,4 miliar orang. Ini bukan pertama kalinya mereka menangani penyakit yang tidak terkendali,” ujar Kay Van-Petersen, ahli strategi makro global di Saxo Capital Markets.

Wabah itu, yang bermula dari Wuhan ini telah mencapai Amerika Serikat, Thailand, Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengadakan pertemuan pada Rabu malam (22/1) untuk mempertimbangkan apakah wabah ini merupakan keadaan darurat internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper