Bisnis.com, JAKARTA – Emiten jasa konstruksi pertambangan mengantisipasi risiko dampak keputusan pemerintah menurunkan produksi batu bara pada 2020.
Seperti diberitakan Bisnis, Pemerintah berupaya menekan produksi batu bara 2020. Target volume produksi batu bara pada 2020 dipangkas 9,83% menjadi 550 juta ton dari realisasi tahun lalu 610 juta ton.
Investor Relations Manager PT Samindo Resources Tbk. Ahmad Zaki mengatakan keputusan pemerintah untuk mengurangi volume produksi batu bara pasti akan berdampak bagi perseroan.
Menurutnya, kebijakan itu akan memengaruhi kinerja para operator tambang dan perusahaan pemilik konsesi tambang batu bara.
“Kemungkinan besar ada juga pengaruhnya sama kami, karena otomatis produksi dari operator akan berkurang dan mungkin saja salah satunya klien kami,” katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Salah satu klien besar emiten berkode saham MYOH ialah PT Kideco Jaya Agung yang merupakan anak usaha dari PT Indika Energy Tbk. (INDY).
Baca Juga
INDY pada tahun ini akan mengurangi jumlah produksi menjadi 30,95 juta ton. Target itu turun 8,97% bila dibandingkan dengan 2019 sebesar 34 juta ton.
Zaki menambahkan untuk target produksi batu bara, overburden removal dan stripping ratio pada tahun ini belum difinalisasi. Begitu pula dengan anggaran belanja modal yang perlu dipersiapkan oleh perseroan. Sejauh ini, lanjutnya, perseroan masih melakukan proses negosiasi dengan klien.
Selain itu, emiten berkode saham MYOH itu juga masih mencari kontrak baru. Sebagaimana diketahui, kerja sama antara perseroan dengan PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) telah berakhir pada Desember 2019.
“Kontrak baru masih kami usahakan, target kami bisa dapat tahun ini,” katanya.
MYOH dan BYAN memiliki kontrak tambang selama 2,5 tahun dengan target produksi 1 juta ton batu bara dengan rasio pengupasan sekitar 17 kali.