Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra International Tbk. menyebutkan bahwa kondisi bisnis pada tahun ini masih akan diliputi sejumlah tantangan. Daya beli yang belum membaik menjadi salah satu faktornya.
Tira Ardianti, Head of Investor Relation Astra International mengungkapkan bahwa kondisi bisnis pada 2020 dinilai masih menantang, karena ketidakpastian makroekonomi global dan geopolitik dunia masih tinggi.
Menurutnya, hal itu masih perlu dicermati dan diwaspadai karena dapat berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang belum beranjak dari kisaran 5% sampai dengan 5,3% membuat daya beli masyarakat belum kuat.
“Kami bersyukur harga kelapa sawit membaik, mudah mudahan seterusnya. Tapi komoditas lain belum seluruhnya membaik, misalnya batubara, sehingga kekhawatiran atas masih berlanjutnya tekanan terhadap harga komoditas masih ada,” katanya kepada Bisnis, Kamis (16/1/2020).
Adapun lemahnya harga komoditas menjadi salah satu pengaruh turunnya kinerja penjualan mobil pada tahun lalu.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil emiten berkode saham ASII itu sepanjang 2019 tercatat melemah sebesar 7,9% menjadi 536.402 unit mobil dibandingkan dengan penjualan pada 2018 sebanyak 582.446 unit mobil.
Pada Desember 2019, ASII menjual sebanyak 41.045 unit mobil, catatan itu lebih lemah 9,7% jika dibandingkan dengan penjualan pada Desember 2018 sebanyak 45.457 unit mobil. Sementara itu, jika dibandingkan dengan penjualan November sebanyak 47.819 unit, penjualan ASII melemah 14,16%.
Namun, jika dibandingkan dengan kinerja industri penjualan mobil Tanah Air, catatan pelemahan penjualan ASII masih lebih baik. Pasalnya, penjualan mobil domestik tercatat melemah sebesar 10,81% menjadi 1,02 juta unit mobil jika dibandingkan dengan penjualan pada 2018 sebanyak 1,15 juta unit.
Sementara itu, ASII menutup 2019 dengan penguasaan pangsa pasar penjualan mobil atau market share sebesar 52%, lebih baik jika dibandingkan dengan 2018 dengan market share sebesar 51% pada pasar penjualan mobil dalam negeri.
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan memproyeksikan bahwa kinerja ASII pada tahun ini akan terdongkrak oleh entitas anaknya dari sektor perkebunan yakni PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI).
Menurutnya, harga komoditas CPO pada 2020 akan bergerak pada tren yang baik di level 2.500–3.000 ringgit per ton setelah sempat terkapar pada tahun lalu.
Selain itu, dari unit usaha lainnya seperti penjualan otomotif, dan alat berat, dia mengatakan bahwa pada tahun ini akan mencatatkan hasil yang lebih baik atau minimal stagnan dibandingkan dengan tahun lalu.
“Jadi kalau pada 2019 komparasinya dengan 2018 penurunannya tercatat signifikan, tetapi kalau tahun ini compare-nya dengan 2019, maka ASII kemungkinan akan mencatatkan pertumbuhan yang lebih baik,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (16/1/2020).
Untuk saham ASII, Alfred menyebut pada awal tahun ini pergerakannya masih akan dibayangi aksi profit taking, mengingat harga sahamnya yang mengalami tren penguatan sejak awal tahun.
Kendati demikian, dia memproyeksikan saham ASII masih memiliki peluang untuk tumbuh sepanjang tahun ini seiring dengan adanya perbaikan kinerja dari perseroan.
“Untuk saham ASII saat ini kami masih rekomendasikan hold dengan target harga kami Rp7.600,” ungkapnya.
Senada, Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa kinerja ASII akan mengalami perbaikan dengan didorong adanya implementasi dari kebijakan B30 dan ditingkatkan menjadi B40, B50 hingga B100 diharapkan bakal berkontribusi positif terhadap kinerja bisnis perseroan di sektor perkebunan.
Selain itu, pasar otomotif nasional memiliki potensi untuk berkembang apabila pemerintah mampu memberikan insentif pajak, salah satunya PPnBM untuk mobil berjenis sedan.
Adapun pendapatan ASII diproyeksikan dapat meningkat menjadi Rp241,3 triliun pada 2019 dan Rp253,78 pada 2020. Sementara itu, laba bersih ASII pada 2019 diproyeksikan meningkat menjadi Rp21,48 triliun dan Rp23,07 triliun pada 2020.
“Dalam jangka lanjangm membaiknya kinerja di segmen bisnis alat berat yang dijalankan PT United Tractors Tbk., akan memberikan dampak positif untuk perseroan,” katanya kepada Bisnis, Kamis (16/1/2020).
Sementara itu, untuk saham ASII, Nafan menjelaskan bahwa berdasarkan persepektif teknikal, pergerakan harga saham ASII sudah meninggalkan area down channel dan membentuk fase akumulasi dalam rangka membentuk pola uptrend.
“Rekomendasi kami akumulasi beli dengan estimasi target harga hangka menengah maupun jangka panjang pada level Rp7.600 per saham,” jelasnya.