Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Karet Menguat Empat Pekan Berturut-turut

Berdasarkan data Bloomberg, harga karet berjangka untuk kontrak Maret 2020 di bursa Singapura bergerak di level US$1,52 per kilogram, menguat 0,07%.
Seorang pekerja mengumpulkan getah di perkebunan karet dekat Bogor, barat daya Jakarta di provinsi Jawa Barat, Indonesia. File foto 28 Mei 2016. REUTERS-Darren Whiteside
Seorang pekerja mengumpulkan getah di perkebunan karet dekat Bogor, barat daya Jakarta di provinsi Jawa Barat, Indonesia. File foto 28 Mei 2016. REUTERS-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA - Harga karet berjangka di bursa Singapura mengalami kenaikan mingguan keempat, didukung oleh meningkatnya selera investor untuk mengumpulkan aset berisiko setelah AS dan China melakukan penandatanganan kesepakatan dagang tahap pertama.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (17/1/2020) hingga oukul 15.43 WIB harga karet berjangka untuk kontrak Maret 2020 di bursa Singapura bergerak di level US$1,52 per kilogram, menguat 0,07%. Sepanjang pekan, harga berhasil menguat sekitar 2,5% melanjutkan kenaikan empat minggu berturut-turut.

Adapun, pada pertengahan perdagangan harga karet sempat menyentuh level tertinggi US$1,537 per kilogram terttinggi sejak Juni 2019.

Partner di Market Risk Advisory Tokyo Naohiro Niimura mengatakan bahwa ksepakatan dagang tahap pertama menjadi sentimen positif untuk harga karet dan prospek permintaannya. Namun, reaksi pasar yang positif tersebut masih dibayangi keraguan apakah China dapat menepati perjanjian dagang tahap pertama dengan AS.

Dalam kesepakatan dagang tahap pertama tersebut, China berjanji untuk membeli beberapa produk AS dalam jumlah besar tanpa ada pengurangan tarif impor.

“Harga karet kemungkinan akan tetap dalam kisaran yang sempit, tetapi mungkin naik karena ekspektasi pengetatan pasokan pada paruh kedua tahun ini karena kekhawatiran tentang penyakit daun jamur di negara-negara penghasil karet dapat mendukung harga,” ujar Naohiro seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (17/1/2020).

Menurut data Otoritas Karet Thailand, sekitar 121.600 hektar area karet di Thailand, penghasil dan pengekspor karet terbesar di dunia, kini telah terkena dampak penyakit daun pestalotiopsis. Penyakit itu juga ditemukan di Malaysia, India, Sri Lanka dan Indonesia, di mana sekitar 383.100 hektare terkena dampaknya.

International Tripartite Rubber Council (ITRC) menjelaskam bahwa tingkat keparahan wabah penyakit Pestalotiopsis diperkirakan dapat menurunkan 70% - 90% produktivitas di daerah yang terkena kasus terburuk dan sekitar 30%-50% untuk daerah yang terkena dampak sedang.

Selain itu, harga karet juga naik di tengah kekhawatiran pasar tentang gangguan pasokan seiring dengan cuaca buruk di Thailand. Menurut Departemen Meteorologi Thailand, Negara Gajah Putih itu mungkin mengalami kekeringan terburuk dalam 40 tahun.

Adapun, beberapa provinsi di timur laut, wilayah penghasil terbesar kedua Thailand, telah dinyatakan sebagai daerah yang dilanda kekeringan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper