Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berhasil menghentikan pelemahannya pada perdagangan Kamis (16/1/2020) seiring dengan meningkatnya minat investor untuk mengumpulkan aset berisiko karena AS dan China telah menandatangani kesepakatan dagang tahap pertama.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp13.643 per dolar AS, menguat 0,38% atau 53 poin. Mata uang Garuda berhasil memimpin kinerja penguatan mata uang Asia, mengalahkan ringgit dan yuan yang menguat 0,29% dan 0,16%.
Manajer Portfolio PineBridge Investments LLC di Hong Kong Sunny Ng mengatakan bahwa rupiah menguat karena AS dan China berhasil menandatangani kesepakatan dagang tahap pertama membuat ketegangan hubungan dagang kedua negara yang terjadi sejak 2018 mereda.
Dalam kesepakatan tersebut, China berkomitmen untuk berbuat lebih banyak untuk menindak pencurian teknologi AS dan rahasia perusahaan dan melakukan pembelian dalam jumlah besar untuk beberapa produk AS.
“Walaupun sepertinya tidak akan menjadi peristiwa penggerak pasar yang signifikan, penandatanganan kesepakatan fase I memang merupakan puncak dari ketegangan perdagangan,” ujar Sunny seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (16/1/2020).
Sementara itu, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah juga menguat dipicu oleh kuatnya arus masuk ke Indonesia karena kondisi fundamental ekonomi dalam negeri cukup stabil dibandingkan dengan ekonomi negara lainnya.
Baca Juga
“Strategi bauran kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Bank Indonesia ditambah penandatanganan fase I antara AS dan China membawa berkah tersendiri bagi pasar dalam negeri dan modal asing kembali masuk cukup deras,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (16/1/2020).
Dia memproyeksi pada perdagangan Jumat (17/1/2020), rupiah akan kembali menguat karena dukungan data eksternal dan internal yang stabil dan bergerak di kisaran Rp13.615 per dolar AS hingga Rp13.690 per dolar AS.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo telah memperingatkan bahwa penguatan rupiah dapat mengganggu ekspor dan merusak upaya untuk mengekang defisit neraca berjalan yang terus-menerus.