Bisnis.com, JAKARTA – Harga nikel berjangka naik untuk enam perdagangan berturut-turut, menuju kenaikan terpanjang sejak Juli 2019 karena prospek permintaan yang lebih cerah di tengah optimisme penandatangan kesepakatan dagang AS dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (13/1/2020) harga nikel di bursa Shanghai berada di level 112.490 yuan per ton, menguat 0,69% melanjutkan penguatannya dalam enam perdagangan berturut-turut.
Sementara itu, harga nikel di bursa London Metal Exchange (LME) pada penutupan perdagangan Jumat (10/1/2020) berada di level US$14.190 per ton, menguat 0,75%.
Nikel yang menjadi logam dasar dengan kinerja terbaik pada tahun lalu, yaitu menguat sebesar 32,93%%, siap untuk memperpanjang relinya ke tahun ini dibayangi sinyal ekonomi China yang relatif tumbuh lebih stabil. Sepanjang tahun berjalan ini, nikel telah bergerak 1,18%, masih memimpin penguatan di antara komoditas logam lainnya.
Mengutip riset terbaru Morgan Stanley, harga nikel yang memulai perdagangan tahun ini dengan bergerak lebih tinggi, kemungkinan akan mempertahankan posisinya hingga semester pertama tahun ini.
“Nikel kemungkinan masih mampu melanjutkan relinya, walaupun terdapat risiko nikel turun di bawah level US$13.000 per ton karena meningkatnya persediaan di bursa,” tulis Morgan Stanley dalam risetnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (13/1/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, persediaan nikel di gudang yang dilacak oleh bursa London terus mencatatkan peningkatan sejak awal tahun ini. Pada perdagangan Jumat (10/1/2020), persediaan nikel naik 1,88% atau bertambah 3.156 ton menjadi 171.066 ton.
Adapun, peningkatan persediaan nikel di bursa tetap terjadi meskipun Indonesia, salah satu produsen nikel terbesar dunia, telah memberlakukan pelarangan ekspor bijih nikel sejak awal tahun ini.
Sementara itu, analis China Futures Ltd Wang Yanqing mengatakan penguatan juga dibantu meredanya ketegangan hubungan dagang AS dan China seiring dengan penandatanganan kesepakatan tahap pertama yang siap direalisasi pekan ini.
“Nikel juga mendapatkan manfaat dari meningkatnya optimisme terhadap ekonomi China pada kuartal pertama,” ujar Wang Yanqiang seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (13/1/2020).
Berdasarkan jajak pendapat berapa analis dan ekonom yang dilakukan Reuters, China kemungkinan akan melaporkan data ekspor dan impor yang lebih kuat untuk periode Desember. Kenaikan ini menandakan adanya pemulihan permintaan yang moderat menjelang penandatanganan kesepakatan dagang fase satu.
Menurut perkiraan median dari survei terhadap 31 ekonom, ekspor oleh ekonomi terbesar kedua di dunia itu kemungkinan naik 3,2% pada Desember dari tahun sebelumnya. Meningkat dari penurunan 1,3% pada November dan menandai kenaikan untuk pertama kalinya sejak ekspansi 3,3% pada Juli.
Adapun, impor diperkirakan akan melonjak 9,6% secara tahunan pada Desember, laju terkuat sejak Oktober 2018.