Bisnis.com, JAKARTA — Saham Asia terpantau menguat disusul dengan pasar berjangka AS yang beringsut naik setelah kekhawatiran investor terhadap memburuknya situasi keamanan di Timur Tengah berangsur reda, Selasa (7/1/2020).
Dilansir dari Bloomberg, index Topix naik 1,4 persen pada pukul 13.17 waktu Tokyo. Diikuti dengan kenaikan 1,3 persen di indeks S&P/ASX 200 Australia, kenaikan 0,8 persen di index Kospi Korea Selatan, dan index MSCI Asia Pacific yang menguat 0,9 persen.
Yen menahan kerugian sejak Senin (6/1), ketika permintaan untuk aset safe haven surut pada sesi perdagangan di New York. Yen Jepang turun 0,1 persen menjadi 108,48 per dolar AS.
Sementara itu, retorika perang berlanjut setelah pembunuhan yang dilakukan AS terhadap seorang pemimpin militer Iran. Hal ini menimbulkan sentimen tersendiri, di mana adanya harapan untuk peningkatan pertumbuhan dan pendapatan menawarkan dukungan bagi aset berisiko.
Di Asia, yuan mencapai penguatan tertinggi selama 5 bulan terakhir. Offshore yuan naik 0,3 persen menjadi 6,9517 per dolar.
Namun, minyak justru memperpanjang kerugian.
Baca Juga
"Meskipun risiko eskalasi terhadap serangan udara AS pada Jumat (3/1) masih ada, para pelaku pasar tampaknya telah menetapkan kemungkinan konfrontasi langsung yang lebih rendah," tulis ahli strategi Citigroup Inc. Johanna Chua seperti dilansir Bloomberg.
Seperti halnya yen, emas juga terus mundur dari level tertinggi dalam lebih dari 6 tahun terakhir.
Imbal hasil tresuri bertenor sepuluh tahun stabil di sekitar 1,80 persen. Sementara itu, minyak mentah Brent diperdagangkan sekitar US$4, di bawah capaian tertinggi pada Senin (6/1).
Informasi dan berita-berita baru yang akan datang diharapkan dapat membantu menggeser fokus dari isu geopolitik.
Indeks sektor jasa AS yang akan dirilis Selasa (7/1), waktu setempat, diproyeksikan menguat. AS juga akan melaporkan data ketenagakerjaan utama pada Jumat (10/1).
Kemudian, pekan depan, para pejabat AS-China dijadwalkan menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama di Washington.