Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Timur Tengah Membara, Pelemahan Kurs Rupiah Berlanjut

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berlanjut pada perdagangan pagi ini, Senin (6/1/2020).
Karyawan menata uang untuk pengisian ATM, di Cash Center PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Jakarta, Kamis (20/12/2018)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menata uang untuk pengisian ATM, di Cash Center PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Jakarta, Kamis (20/12/2018)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berlanjut pada perdagangan pagi ini, Senin (6/1/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka di level Rp13.933 per dolar AS dengan depresiasi 3 poin atau 0,02 persen dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (3/1/2020), nilai tukar rupiah berakhir di level Rp13.930 per dolar AS dengan pelemahan 37 poin atau 0,27 persen, di tengah pelemahan mata uang emerging market di Asia akibat terseret oleh sentimen serangan AS di Irak yang turut menewaskan seorang jenderal ternama Iran.

“Kurs mata uang Asia menghadapi tekanan yang meningkat setelah serangan udara di Irak karena telah menyebabkan daya tarik aset berisiko memburuk,” ujar Mitul Kotecha, pakar strategi senior emerging market di TD Securities, Singapura.

“Meski tidak ada implikasi langsung untuk Asia, intensifikasi ketegangan geopolitik apa pun dan akibatnya atas penghindaran aset berisiko kemungkinan akan menahan mata uang Asia,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg.

Rupiah dinilai akan kembali terancam terdepresiasi pada perdagangan pekan ini seiring dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Eskalasi ketegangan itu menjauhkan investor dari aset-aset berisiko, termasuk rupiah.

Menurut Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim, memanasnya hubungan antara AS dan Iran pascaserangan rudal AS yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis menyebabkan harga minyak naik cukup tajam sehingga menjadi sentimen negatif bagi rupiah.

Seperti yang diketahui, saat ini Indonesia merupakan salah satu negara net importir minyak di kawasan Asia Tenggara sehingga setiap kenaikan harga minyak akan memberi tekanan terhadap mata uang garuda.

“Saat harga minyak naik, biaya impor komoditas ini akan ikut melejit. Ketika semakin banyak devisa yang dibakar untuk impor minyak, rupiah akan menjadi korban,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya.

Ibrahim memprediksi pada perdagangan awal pekan ini, Senin (6/1/2020), rupiah masih bergerak terdepresiasi di kisaran level Rp13.895 hingga Rp13.980 per dolar AS.

Bersama rupiah, sejumlah mata uang di Asia ikut lanjut melemah terhadap dolar AS pada Senin (6/1) pagi, di antaranya peso Filipina dan ringgit Malaysia yang masing-masing terdepresiasi 0,22 persen dan 0,14 persen pada pukul 08.18 WIB.

Sebaliknya, nilai tukar yen Jepang, yang sifatnya sebagai safe haven kerap terangkat di tengah kekhawatiran geopolitik, menguat 0,03 persen terhadap dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, pagi ini terpantau hanya naik 0,01 persen atau 0,008 poin ke level 98,846 pukul 08.08 WIB, setelah berakhir terkoreksi 0,001 persen di posisi 96,838 pada Jumat (3/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper