Bisnis.com, JAKARTA – Pound sterling bergerak terbatas pada perdagangan Kamis (12/12/2019) seiring dengan dimulainya pemilihan umum Inggris yang akan menentukan nasib rencana Brexit milik Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 17.25 WIB pound sterling bergerak melemah tipis sebesar 0,02% di level US$1,3193 per pound sterling. Padahal, pada pertengahan perdagangan pound sterling sempat menyentuh level US$1,3229 per pound sterling, tertinggi sejak 27 Maret.
Kepercayaan diri pasar yang bertaruh pada kemenangan untuk Partai Konservatif, partai Perdana Menteri Boris Johnson, tampak mulai memudar sehingga mendorong pound sterling untuk menahan kenaikannya.
Ahli Strategi Credit Agricole SA Valentin Marinov dalam risetnya mengatakan bahwa pasar berharap Partai Tory mendapatkan kemenangan, setidaknya dengan mayoritas 20 kursi tambahan dan hasilnya harus cukup untuk menjaga pound sterling tetap didukung dalam jangka panjang.
Sebagai informasi, Boris Johnson membutuhkan suara mayoritas untuk partainya agar dapat duduk di kursi parlemen sehingga dirinya dapat segera membuat kesepakatan Brexit menjadi hukum.
Dia juga mengatakan telah mempersiapkan kemungkinan No-Deal Brexit, bila pada hasil voting parlemen kembali terjadi penolakan pada kesepakatan Brexit.
Seperti yang diketahui, pada awal Oktober, Parlemen Inggris telah menolak kesepakatan yang ditawarkan oleh Perdana Menteri Boris Johnson dan Uni Eropa untuk Brexit, bila hal ini terulang pada pengambilan voting parlemen mendatang, maka sangat mungkin Inggris akan keluar dari Zona Euro tanpa kesepakatan.
“Jika Partai Konservatif memenangkan kursi lebih sedikit, ada risiko reaksi jual yang bisa membuat pound sterling sedikit lebih lemah,” ujar Valentin seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (12/12/2019).
Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa pound sterling berpotensi bergerak sideways dalam jangka pendek di tengah pasar yang menantikan hasil hitung cepat pemilu Inggris.
Dia mengatakan bahwa pound sterling berpotensi menguat jika Partai Konservatif menunjukkan keunggulan yang cukup besar selisihnya terhadap lawan-lawannya
“Untuk sisi atasnya, level resisten terdekat berada di US$1,3260 per pound sterling, menembus ke atas dari level tersebut berpeluang memicu kenaikan lanjutan ke US$1,3310 sebelum menargetkan resisten kuat di US$1,3380 per pound sterling,” ujar Faisyal seperti dikutip dari publikasi risetnya.
Jika bergerak turun, lanjut dia, level support terdekat berada di US$1,3180 per pound sterling, menembus ke bawah dari level tersebut berpeluang mendorong penurunan lanjutan ke US$1,3130 per pound sterling sebelum membidik support kuat di US$1,3060 per pound sterling.
Adapun, pound sterling telah menjadi pemain terbaik di dunia dalam beberapa bulan terakhir karena jajak pendapat yang dilakukan sebelum pemungutan suara menunjukkan optimisme Partai Konservatif akan memenangkan pemilihan.
Pasar berharap dengan kemenangan tersebut akhirnya Inggris dapat keluar dari Benua Biru melalui parlemen.
Namun, pada jajak pendapat terakhir, Partai Konservatif hanya mendapatkan suara tambahan sebanyak 28 dibandingkan dengan prediksi pada dua pekan lalu sebesar 68 suara.
Di sisi lain, melemahnya dolar AS akibat The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan berhasil menjadi salah satu faktor penguatan pound sterling. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak terbatas di level 97,165.