Bisnis.com, JAKARTA – Harga kopi global melesat naik belakangan ini seiring dengan proyeksi penurunan produksi kopi global.
Mengutip data Bloomberg, harga kopi arabika di ICE New York ditutup menguat 0,51 persen atau 0,60 poin ke level US$1,19 per pon pada akhir pekan lalu. Level terkuat lebih dari setahun terakhir.
Seiring dengan hasil tersebut, harga kopi berjangka sudah naik 16,88 persen sejak awal tahun. Kemudian naik 10,4 persen dalam 12 bulan terakhir. Dari level terlemahnya US$8,80 per pon, harga kopi telah meroket 35,28 persen.
Apa yang membuat harga kopi begitu harum jelang akhir tahun, jawabannya adalah proyeksi penurunan produksi global. Kabar tersebut telah menghangatkan harga kopi yang telah lama dingin, karena proyeksi pasokan berlebih.
Mengacu pada laporan Organisasi Kopi Internasional (International Coffee Organization/ICO) Oktober 2019, produksi kopi dunia pada 2019/2020 diproyeksikan 0,9 persen lebih lemah menjadi 167,4 juta kantong dari 169,0 juta kantong pada periode sebelumnya. Satu kantong beratnya 60 kilogram, atau 132 pon.
Jika diperinci, produksi jenis arabika melemah 2,7 persen menjadi 95,68, sedangkan robusta hanya tumbuh 1,5 persen menjadi 71,72 juta kantong.
Sementara itu, kawasan Amerika Latin menjadi penyumbang terbesar pelemahan produksi kopi global. Dalam laporan itu tercatat, produksi di Amerika Selatan diperkirakan jatuh 3,2 persen menjadi 78,08 juta kantong dibanding periode sebelumnya.
Penurunan produksi arabika sebagian besar disebabkan oleh Brasil, karena tanaman 2019/2020 mereka berada di luar tahun siklus dua tahunannya. Sebagai akibat dari penurunan ini, produksi di Amerika Selatan dapat menurun 3,2 persen menjadi 78,08 juta kantong.
Dalam siklus dua tahunan, produksi kopi pada tahun pertama biasanya lebih tinggi, sedangkan tahun berikutnya lebih rendah.
Di tempat lain, produksi dari Asia dan Oseania diproyeksikan hanya tumbuh 1,9 persen menjadi 49,58 dari periode sebelumnya. Kenaikan ini disumbang oleh produksi kopi Indonesia yang mulai pulih, sementara produksi kopi Vietnam terpantau stabil.
Selanjutnya, produksi kopi di Amerika Tengah dan Meksiko cuma tumbuh 0,9 persen menjadi 21,54 juta kantong, sedangkan produksi di Afrika diestimasikan turun 0,6 persen menjadi 18,2 juta kantong dari periode sebelumnya.