Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah Jelang Rilis Suku Bunga BI

Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Kamis (21/11/2019), menjelang rilis keputusan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI).
Karyawan memeriksa pasokan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (9/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan memeriksa pasokan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (9/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Kamis (21/11/2019), menjelang rilis keputusan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka melemah tipis 9 poin atau 0,06 persen ke level Rp14.104 per dolar AS dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Rabu (20/11/2019), nilai tukar rupiah ditutup di level Rp14.095 per dolar AS dengan depresiasi 4 poin atau 0,03 persen, pelemahan hari ketiga berturut-turut.

Bank Indonesia diperkirakan menahan suku bunga acuan atau BI 7 Days Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,00% setelah menurunkan empat kali sebelumnya dengan total pemangkasan 100 basis poin.

Menurut ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana, prediksi suku bunga acuan ditahan pada level ini karena pentingnya pemerintah mengkaji selisih imbal hasil antara efek rupiah dan negara lain sudah sejajar.

“Peluang terbuka untuk suku bunga acuan BI diturunkan kembali apabila The Fed dan bank sentral negara lain terus menurunkan juga,” ujar Wisnu kepada Bisnis.com, Rabu (20/11).

Sebanyak 21 dari 31 ekonom dalam survei Bloomberg juga memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan di 5 persen dalam rilis keputusannya pada Kamis (21/11).

Bersama rupiah, mata uang lainnya di Asia mayoritas ikut terdepresiasi pada Kamis (21/11) pagi. Depresiasi terdalam dibukukan won Korea Selatan yang melemah 0,55 persen terhadap dolar AS pada pukul 08.48 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama terpantau terkoreksi 0,08 persen atau 0,076 poin ke level 97,858 pada pukul 08.33 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Rabu (20/11), indeks dolar AS mampu membukukan sedikit kenaikan 0,078 poin atau 0,08 persen dan berakhir di level 97,934, kenaikan hari kedua.

Menurut risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 29-30 Oktober yang dirilis Rabu (20/11), para pembuat kebijakan menilai kebijakan akan dikalibrasi dengan baik setelah pemangkasan suku bunga 30 Oktober.

Kebijakan moneter kemungkinan akan tetap seperti itu selama informasi yang masuk mengenai ekonomi tidak menghasilkan penilaian prospek ekonomi ulang.

Pada umumnya, The Fed menekankan bahwa risiko terhadap ekonomi AS tetap tinggi saat mereka sepakat untuk menahan suku bunga menyusul pemangkasan ketiga tahun ini pada 30 Oktober.

"Secara khusus, risiko terhadap prospek yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan internasional masih dianggap signifikan. Risiko bahwa perlambatan pertumbuhan global semakin membebani ekonomi domestik tetap menonjol,” tulis risalah tersebut, seperti dikutip Bloomberg.

Di sisi lain, sejumlah pejabat lebih suka membiarkan suku bunga stabil pada pertemuan tersebut karena perkiraan mereka untuk ekonomi tetap menguntungkan. Beberapa juga mengatakan pemotongan suku bunga akan meningkatkan risiko stabilitas keuangan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper