Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit dari pelemahannya dan ditutup di zona hijau pada perdagangan hari ini, Jumat (15/11/2019), bersama dengan penguatan mayoritas indeks saham di Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG berakhir menguat 0,48 persen atau 29,39 poin di level 6.128,34 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis (14/11), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 6.098,95 dengan pelemahan 0,71 persen atau 43,55 poin, penurunan hari kedua berturut-turut.
Indeks mulai rebound dari pelemahannya dengan dibuka naik 0,28 persen atau 16,81 poin di posisi 6.115,76 pada Jumat (15/11) pagi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.092,62 – 6.137,36.
Empat dari sembilan sektor berakhir di zona hijau, dipimpin tambang (+1,81 persen) dan industri dasar (+1,66 persen). Lima sektor lainnya berakhir di zona merah, dipimpin perdagangan (-0,89 persen).
Dari 661 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 190 saham menguat, 219 saham melemah, dan 252 saham stagnan.
Baca Juga
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang masing-masing naik 3,81 persen dan 4,88 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG pada akhir perdagangan.
Indeks saham lain di Asia mayoritas ikut menguat, di antaranya indeks Topix Jepang (+0,73 persen), indeks Hang Seng Hong Kong (+0,01 persen), dan indeks Kospi Korea Selatan (+1,07 persen).
Namun di China, dua indeks saham utamanya, Shanghai Composite dan CSI 300 berakhir melemah 0,64 persen dan 0,74 persen masing-masing.
Dilansir dari Bloomberg, bursa saham di Seoul, Tokyo, dan Sydney serempak menguat setelah Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan perundingan mengenai kesepakatan perdagangan 'fase satu' antara AS dan China berjalan menuju tahap akhir.
Dalam suatu kesempatan selepas acara di Dewan Hubungan Luar Negeri pada Kamis (14/11/2019) malam di Washington, Kudlow mengatakan kesepakatan antara kedua belah pihak hampir tercapai meskipun belum tuntas.
“Penasihat perdagangan utama Presiden Donald Trump bertemu pada Kamis malam untuk membahas perundingan dengan China,” tutur Kudlow, yang mengepalai Dewan Ekonomi Nasional, kepada awak media.
"Kami sedang berjalan menuju tahap akhir. Kami berkomunikasi dengan mereka setiap hari kini," tambahnya, seperti dilansir melalui Bloomberg.
Pada Kamis pula, pemerintah China dikabarkan mencabut larangan terhadap pengiriman unggas Amerika yang dimulai pada 2015, setelah Departemen Pertanian AS membuat keputusan serupa untuk memungkinkan pengiriman unggas China ke AS.
Kekhawatiran tentang kesulitan menyelesaikan kesepakatan ‘fase satu’ sempat mendorong reli bursa saham AS tergelincir dari rekor level tertingginya pekan ini.
Shane Oliver, kepala ekonom di AMP Capital di Sydney, membandingkan reaksi bullish pasar regional atas berita perdagangan yang positif ini dengan harapan atas kesembuhan seorang pecandu alkohol.
“Pasar ingin percaya bahwa akan ada semacam resolusi untuk masalah ini, semacam gencatan senjata setidaknya, meskipun pengalaman 18 bulan terakhir tidak memberikan banyak alasan untuk hal itu,” jelas Oliver, dikutip dari Reuters.
Namun, Oliver mengatakan ekonomi China dan AS yang lebih lemah, serta agenda pemilihan presiden AS pada tahun depan memberi tekanan kepada kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan.
Dari dalam negeri, neraca perdagangan pada Oktober 2019 dilaporkan surplus sebesar US$160 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto menyatakan surplus neraca dagang ini terpantau agak flat dibandingkan 2018. Alhasil, secara kumulatif dari Januari-Oktober 2019, neraca dagang menurun defisitnya menjadi US$1,79 miliar.
Secara lebih rinci, total ekspor pada Oktober 2019 adalah US$14,93 miliar. Dia menyatakan kalau dibandingkan dengan September 2019 (mtm), kenaikan nilai ekspor tercatat 5,92%. Adapun penyebabnya adalah meningkatnya ekspor migas 11,58%, dan ekspor non migas naik 5,56%.
Adapun untuk nilai impor tercatat US$14,77 miliar, naik 3,57% (mtm). Namun jika dibandingkan secara year-on-year (yoy), impor Indonesia tetap terkontraksi 16,39%.
Menurut Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya rilis data neraca perdagangan hari ini turut memberikan warna terhadap pergerakan IHSG.
Bersama IHSG, nilai tukar rupiah mampu rebound dan ditutup terapresiasi 11 poin atau 0,08 persen di level Rp14.077 per dolar AS pada Jumat (15/11), setelah berakhir melemah dua hari beruntun sebelumnya.
Nilai tukar rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia karena prospek kesepakatan perdagangan antara AS dan China membaik.
“Komentar oleh Larry Kudlow yang menyoroti bahwa kesepakatan perdagangan semakin dekat telah memberikan dorongan pada mata uang Asia," ujar Mitul Kotecha, analis senior di TD Securities, seperti dikutip dari Bloomberg.
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
BBRI | +3,81 |
BRPT | +4,88 |
BYAN | +9,92 |
BMRI | +1,09 |
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
UNVR | -1,34 |
BNLI | -7,32 |
SQMI | -25,00 |
ASII | -0,76 |
Sumber: Bloomberg