Bisnis.com, JAKARTA – Calon emiten perkebunan PT Palma Serasih Tbk. akan menggunakan dana hasil penawaran umum untuk menambah kapasitas pabrik pengolahan kelapa sawit.
Palma Serasih akan melepas sebanyak-banyaknya 4 miliar saham atau atau sebanyak-banyaknya sebesar 20% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum dengan nilai Rp100 per saham.
Perseroan menawarkan saham perdana di kisaran harga Rp103 hingga Rp110 per saham, sehingga berpeluang menggalang dana Rp412 miliar hingga Rp440 miliar dari aksi IPO.
Direktur Palma Serasih Astrida Niovita Bachtiar mengatakan 14% dari dana hasil penawaran umum akan digunakan sebagai tambahan belanja modal untuk pembangunan pabrik kelapa sawit.
“Saat ini kapasitas pabrik kami ada 100.00 ton per tahun, dengan dana penawaran ini kami akan menambah setidaknya tiga pabrik tambahan,” katanya dalam paparan publik pada Rabu (6/11/2019).
Sebagai informasi, perseroan baru memiliki satu pabrik dengan kapasitas 60 ton per jam.
Baca Juga
Astrida mengatakan perseroan menargetkan untuk dapat menambah kapasitasnya menjadi 250.000 ton per tahun. Dengan begitu, volume penjualan bisa ditambah dua kali lipat.
Saat ini, Palma Serasih sedang membangun pabrik anyar dengan kapasitas 90 ton per jam. Bila berjalan mulus, pabrik tersebut akan dapat beroperasi pada 2020.
Selain itu, perseroan juga akan menggunakan dana tersebut untuk menambah luas areal tanam. Astrida mengatakan saat ini perseroan baru menanam pada lahan seluas 31.000 hektare sedangkan luas area usaha mencapai 80.900 hektare.
Areal tanam terbagi menjadi 23.879 hektare lahan inti dan 7.602 hektare lahan plasma. “Kami akan menambah luas tanam dengan begitu perseroan bisa mencatatkan untung,” sebutnya.
Sebagai informasi, sampai dengan Mei 2019, Palma Serasih masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp51,62 miliar naik 18,40% dari periode yang sama tahun lalu Rp42,12 miliar.
Sementara itu, dari sisi penjualan Palma Serasih mencatatkan kenaikan 6,88% dari posisi Rp276,21 miliar pada Mei 2018 menjadi Rp295,84 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Astrida mengatakan perseroan memproyeksikan pada tahun depan rugi bersih akan beralih menjadi laba bersih sebesar Rp10 miliar dengan beroperasinya pabrik anyar.
“Kami optimistis pada tahun ini rugi bersih juga akan menipis karena harga sudah mulai membaik dengan mandatori dari B30,” ungkapnya.