Bisnis.com, JAKARTA - Laba bersih PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. tumbuh 48,31% secara tahunan pada akhir kuartal III/2019.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia pada Kamis (31/10/2019), emiten dengan ticker WIKA ini membukukan laba bersih senilai Rp1,57 triliun dengan rasio laba bersih 8,57%. Sementara itu, pada periode yang sama tahun lalu laba bersih perseroan senilai Rp1,06 triliun.
Pendapatan bersih perseroan turun 12,86% dari Rp21,00 triliun menjadi Rp18,30 triliun. Walaupun pendapatan bersih terkoreksi, pendapatan lain meroket 314,86% dari Rp219,23 miliar menjadi Rp909,51 miliar.
Hingga September 2019, WIKA telah meraih kontrak baru senilai Rp25,74 triliun. Perolehan tersebut tumbuh 1,64% secara tahunan.
Adapun, jika ditilik dari pemberi kerja, kontribusi kontak baru terbesar datang dari private sector 46%, BUMN 40%, overseas 10%, dan pemerintah 4%. Dari perolehan kontrak baru tersebut, lini bisnis infrastruktur dan gedung memiliki kontribusi yang paling besar. Disusul oleh energi dan industrial plant, industri, dan properti.
Pada akhir kuartal III/2019, perseroan mencatatkan nilai gearing ratio, atau rasio antara utang berbunga dibandingkan dengan ekuitas sebesar 1,19 kali. Nilai rasio tersebut terbilang masih rendah jika dibandingkan dengan batas utang perusahaan atau covenant pada level 2,5 kali.
Baca Juga
Hal tersebut menggambarkan bahwa kondisi keuangan perseroan dalam kondisi sehat dan memiliki ruang yang besar untuk melakukan ekspansi bisnis ke depan. Pada akhir tahun, perseroan menargetkan meraih arus kas positif dengan penerimaan pembayaran proyek yang telah dikerjakan. Salah satu yang besar adalah proyek jalan tol Balikpapan-Samarinda.
"Selain itu juga ada proyek yang lain juga dengan proyeksi pembayaran dari proyek sekitar Rp6 triliun sampai Rp6,5 triliun pada akhir tahun," kata Corporate Secretary Wijaya Karya Mahendra Vijaya saat ditemui Rabu (30/10/2019) malam.
Per akhir September 2019 WIKA mencatatkan arus kas negatif dari aktivitas operasi senilai Rp3,77 triliun. Angka ini lebih tinggi 1,89% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp3,70 triliun.
Sementara itu, untuk mengejar target perolehan kontrak baru, WIKA membidik sejumlah proyek transportasi massal berbasis rel, seperti MRT, LRT dan loopline, beberapa proyek jalan tol, pembangunan gedung, kelistrikan, dan ketahanan energi, seperti tank farm.
“Untuk luar negeri, kami masih membidik proyek bandara di Taiwan dan pembangunan jalan di Malaysia yang secara total masih di atas Rp35 triliun,” sebutnya.