Bisnis.com, JAKARTA - Tembaga tertekan pada perdagangan Rabu (30/10/2019), dipicu oleh potensi tertundanya kesepakatan perdagangan parsial oleh AS dan China yang membebani sentimen aset berisiko, termasuk komoditas logam ini.
Pada perdagangan Rabu (30/10) hingga pukul 16.08 WIB, harga tembaga di bursa London bergerak melemah 0,15 persen menjadi US$5.915 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2019, tembaga telah bergerak melemah 0,63 persen.
Perjanjian perdagangan fase pertama antara AS dan China mungkin tidak akan selesai tepat waktu seperti yang diharapkan pasar, walaupun pejabat administrasi AS menegaskan bahwa penundaan tersebut tidak berarti perjanjian tersebut tidak akan disepakati dua negara.
Perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia yang terjadi berlarut-larut tersebut telah merusak pertumbuhan ekonomi global dan permintaan tembaga. Sehingga, perjanjian apapun, termasuk perjanjian parsial, akan memberikan harapan pasar bahwa pertumbuhan ekonomi akan pulih.
Pelemahan terjadi meski pada perdagangan sebelumnya, tembaga ditutup menguat 0,33 persen menjadi US$5.927 per ton didorong oleh aksi unjuk rasa di Chile yang mengancam menekan pasokan.
Jalan menuju pelabuhan pertambangan utama Chile dan akses ke banyak tambang diblokir sepanjang hari dan berisiko terhadap aliran pasokan dari negara penghasil tembaga terbesar.
Baca Juga
Ahli Strategi Komoditas TD Securities Toronto Ryan McKay mengatakan kekhawatiran pasar terkait tekanan pasokan sudah cukup untuk memulihkan harga tembaga yang cenderung tertekan sepanjang tahun ini.
“Selama risiko itu tetap ada, harga tembaga akan terus memiliki alasan untuk menguat,” ujarnya seperti dilansir Reuters, Rabu (30/10).