Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak jatuh pada perdagangan Jumat (18/10/2019) setelah China, importir minyak terbesar di dunia, mencatat pertumbuhan ekonomi kuartalan terlemah dalam hampir tiga dekade terakhir, terseret oleh perselisihan perdagangan dengan AS yang berlarut-larut.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 12.35 WIB, harga minyak mentah jenis WTI di bursa Nymex untuk kontrak November 2019 bergerak di level US$53,82 per barel, melemah 0,2%, sedangkan harga minyak jenis Brent di bursa ICE untuk kontrak Desember 2019 bergerak melemah 0,53% menjadi US$59,59 per barel.
Sebagai informasi, China mencatat pertumbuhan ekonomi untuk kuartal ketiga tahun ini telah melambat mejadi 6% secara year-on-year, menjadi laju terlemahnya sekitar 27 tahun terakhir. Hal tersebut terjadi di tengah ketegangan perdagangan dengan AS yang masih berlangsung yang telah menekan permintaan domestik.
Adapun, pertumbuhan permintaan minyak mentah akan cenderung mengikuti pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, perlambatan ekonomi China sangat mempengaruhi harga minyak mengingat China juga merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia.
Kepala Strategi Pasar CMC Markets Sydney Michael McCarthy mengatakan bahwa meskipun pertumbuhan PDB China kuartal ketiga tahun ini dirilis sedikit di bawah ekspektasi, tetapi sesungguhnya hal tersebut bukan sebuah kejutan bagi para trader, karena data yang lemah memang sudah diprediksi.
“Ini adalah waktu yang sulit bagi pasar karena kami memiliki pertanyaan tentang penawaran dan permintaan, dan yang lebih mengejutkan sesungguhnya adalah data EIA yang dirilis Kamis malam kemarin,” ujar Michael seperti dikutip dari Reuters, Jumat (18/10/2019).
Berdasarkan data Administrasi Informasi Energi (EIA), persediaan minyak mentah AS melonjak pada pekan lalu, naik 9,3 juta barel, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi analis yang menilai persediaan hanya naik 2,9 juta barel.
Selain itu, ANZ Research mengatakan dalam risetnya bahwa kekhawatiran pasar tentang pertumbuhan yang lebih lemah dalam permintaan minyak dan keraguan tentang kemampuan OPEC untuk menyeimbangkan kembali pasar dengan kembali memangkas produksinya saat ini akan menjadi hambatan utama pada harga dalam waktu dekat
OPEC dan sekutunya telah sepakat untuk membatasi produksi minyak mereka sebesar 1,2 juta barel per hari (bpd) hingga Maret 2020 dan belum ada keputusan pemangkasan lebih lanjut setelah batas waktu tersebut.
Adapun, OPEC telah menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global 2019 menjadi sekiar 980.000 barel per hari, sedangkan permintaan minyak 2020 tidak berubah di sekitar 1,08 juta barel per hari.