Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bumi Resources (BUMI) Akan Bayar Cicilan Utang US$31,8 Juta

PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) telah mengantongi uang kas sejumlah US$40,4 juta untuk membayar utang tersebut.

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan batu bara, PT Bumi Resources Tbk. akan membayar utang Tranche A sebesar US$31,8 juta pada 19 Oktober 2019.

Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan perseroan telah mengantongi uang kas sejumlah US$40,4 juta untuk membayar utang tersebut.

“Setelah bunga, biaya overhead dan biaya administrasi, pembayaran pokok utang adalah US$23,2 juta. Itu sudah termasuk bunga kotor yang kami harap dapat membayar utang Tranche A pada pertengahan Oktober sebesar US$31,8 juta,” katanya kepada Bisnis, Minggu (6/10/2019).

Sebagai informasi, perseroan sudah melakukan pembayaran US$167,5 juta untuk pinjaman Tranche A hingga Juli 2019. Selanjutnya, produsen batu bara itu akan melakukan pembayaran untuk Tranche A senilai US$31,8 juta pada Oktober 2019. Dengan demikian, total pembayaran hingga periode itu sekitar US$199,3 juta.

BUMI menargetkan dapat membayar utang Tranche A sebesar US$200 sampai dengan US$250 juta pada Januari 2020. Sebelum dilakukan restrukturisasi pada 2017, utang yang dimiliki perseroan senilai US$4,3 miliar. Namun, jumlah itu susut US$2,6 miliar menjadi US$1,7 miliar setelah proses restrukturisasi ditempuh.

Adapun, penyusutan utang US$2,6 miliar itu dicapai berkat sejumlah cara. Pertama, konversi utang US$2,0 miliar ke ekuitas di harga Rp926,16 per saham.

Kedua, BUMI menerbitkan obligasi konversi wajib atau mandatory convertible bonds (MCB) dengan durasi selama tujuh tahun. Total MCB yang diemisi senilai US$600 juta juga dengan harga referensi Rp926,16 per saham.

Kalori Tinggi

Dari sisi kinerja, Dileep mengatakan perseroan dapat menjual 500.000 ton batu bara berkalori tinggi setiap bulan. Dia yakin jumlah tersebut akan terus meningkat sampai dengan akhir tahun.

“Kami berekspektasi penjualan batu bara kalori tinggi akan terus meningkat di kisaran 500.000 ton per bulan,” sebutnya.

Pasar batu bara, lanjutnya, kerap tertekan di bawah US$60 per ton pada Agutus. Namun, kondisi tersebut akan berangsur pulih pada Oktober karena ada festival dan Hari Raya yang bisa meningkatkan konsumsi di China.

Lebih lanjut, BUMI menargetkan bisa memproduksi batu bara sebesar 87 juta ton hingga 90 juta ton pada 2019. Perseroan menargetkan biaya produksi batu bara ada di kisaran US$34 ton – US$36 ton.

“Total produksi bulanan pada kuartal III/2019 ada di kisaran 7,5 juta ton. Selain itu, strip ratio juga akan terus kami naikkan,” katanya.

Berdasarkan laporan keuangan semester I/2019, emiten berkode saham BUMI itu membukukan pendapatan US$481,35 juta. Pencapaian itu turun 14,15% dari US$560,72 juta pada semester I/2018. Dari situ, BUMI mengantongi laba bersih US$80,67 juta pada semester I/2019. Realisasi tergerus 46,78% dari US$151,72 juta periode yang sama tahun lalu.

Pada perdagangan Jumat (4/10/2019), saham BUMI ditutup melemah 1,16% menjadi Rp85 per saham. Selama tahun berjalan, anak usaha Bakrie Group tersebut sudah terkoreksi 17,48% dari posisi Rp190 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper