Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun ke level terendahnya dalam hampir dua bulan pada akhir perdagangan Selasa (1/10/2019), di tengah tanda-tanda negatif perekonomian yang membebani prospek permintaan energi global.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November 2019 ditutup turun 45 sen di level US$53,62 per barel di New York Mercantile Exchange, level terendah sejak 8 Agustus.
Harga minyak acuan AS ini telah turun 15 persen sejak mencapai level US$62,90 pada hari perdagangan pertama setelah serangan udara yang membenamkan produksi minyak Saudi pada 14 September. Namun kemudian, pihak kerajaan membuat upaya mengejutkan dengan langkah perbaikan dan pemulihan yang cepat.
Sejalan dengan WTI, minyak Brent untuk kontrak Desember 2019 turun 36 sen dan berakhir di level US$58,89 per barel di ICE Futures Europe Exchange pada Selasa (1/10). Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$5,39 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Sentimen manufaktur di sebagian besar wilayah Asia tetap suram pada bulan September akibat terbebani konflik perdagangan dan berkurangnya permintaan. Kondisi ini mengikuti sektor manufaktur kawasan euro yang merosot bulan lalu.
Sementara itu di AS, indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) dilaporkan merosot ke 47,8 pada September, level terendah sejak Juni 2009. Angka tersebut juga jauh lebih rendah dari semua perkiraan dalam survei Bloomberg.
Manufaktur negara berekonomi terbesar di dunia itu telah merosot dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memangkas proyeksi untuk perdagangan ke level terendah satu dekade.
Gambaran ekonomi yang suram kontras dengan penurunan dalam produksi minyak mentah OPEC bulan lalu, yang hampir seluruhnya didorong serangan melumpuhkan terhadap instalasi minyak Arab Saudi pada 14 September.
“Kekhawatiran atas permintaan mengungguli kecemasan tentang pasokan,” ujar Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group Inc.
Pergerakan saham-saham pun melemah sedangkan aset safe haven seperti obligasi naik karena investor melepaskan aset berisiko termasuk komoditas dan ekuitas. Perhatian pedagang telah beralih ke perang dagang AS-China dan implikasinya terhadap permintaan energi global.
“Mengingat prospek ekonomi global yang lemah dan meningkatnya produksi minyak AS, kekhawatiran tentang pengetatan pasokan minyak telah menguap,” tutur Carsten Fritsch, seorang analis di Commerzbank AG, Frankfurt.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak November 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
1/10/2019 | 53,62 | -0,45 poin |
30/9/2019 | 54,07 | -1,84 poin |
27/9/2019 | 55,91 | -0,50 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Desember 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
1/10/2019 | 58,89 | -0,36 poin |
30/9/2019 | 59,25 | -1,79 poin |
27/9/2019 | 61,04 | -0,70 poin |
Sumber: Bloomberg