Bisnis.com, JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. tengah melakukan restrukturisasi utang dengan total nilai sekitar US$2,2 miliar. Proses itu bakal tuntas pada awal pekan depan, seiring dengan ditandatanganinya perjanjian restrukturisasi utang dengan para kreditur.
Direktur Utama Krakatau Steel Slimy Karim mengatakan, perseroan akan melakukan penandatangan perjanjian restrukturisasi utang dengan para kreditur pada Senin, 30 September 2019. Ini diputuskan setelah emiten bersandi saham KRAS melakukan rapat dengan para kreditur pada Kamis (26/9/2019) kemarin.
Silmy mengatakan, proses restrukturisasi utang bakal tuntas sesuai dengan rencana. Sebelumnya, produsen baja pelat merah tersebut menargetkan perjanjian restrukturisasi diteken pada bulan ini.
Meski demikian, dia belum dapat memerinci skema restrukturisasi utang dalam perjanjian tersebut. “Sesuai rencana dan rapat per kemarin, perjanjian restrukturisasi utang KS akan ditandatangani Senin, 30 September,” katanya kepada Bisnis pada Jumat (27/9/2019).
Dalam laporan keuangan Krakatau Steel per 31 Desember 2018 dan telah disetujui dalam RUPST 2018, perseroan memiliki sejumlah rencana untuk mengerek kinerja yang saat ini masih membukukan rugi.
Rencana tersebut salah satunya menyelesaikan pinjaman kelompok usaha yang akan dilakukan mulai tahun ini. Untuk pinjaman yang berkelanjutan, akan diselesaikan melalui kas dari hasil operasi.
Adapun, untuk pinjaman yang tidak berkelanjutan akan diselesaikan melalui beberapa cara. Pertama, divestasi saham atas beberapa entitas anak dalam bentuk penjualan langsung dan penerbitan DINFRA (Dana Investasi Infrastruktur Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif).
Kedua, penerbitan Convertible Bonds melalui sinergi BUMN, dimana BUMN lain akan bertindak sebagai standby buyer pada saat covertible bonds tersebut dikonversi menjadi saham.
Dalam risetnya yang dirilis pada 26 September 2019, analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengatakan rasio gearing KRAS akan membaik dalam jangka panjang seiring dengan program restrukturisasi utang. Dalam perhitungan analis, total utang perseroan pada semester I/2019 mencapai US$2,1 miliar.
Program restrukturisasi utang juga akan memangkas suku bunga di bawah 5% untuk utang dalam bentuk USD. Selanjutnya, KRAS berpotensi akan dikonsolidasikan ke Inalum ke depannya.
“Meskipun tanggal untuk konsolidasi belum ditentukan, kami perkirakan bahwa KRAS akan menjadi anak perusahaan Inalum setelah program restrukturisasi hutang. Dalam jangka panjang, konsolidasi kemungkinan akan menguntungkan KRAS karena sinergi antara KRAS dan anak perusahaan Inalum lainnya,” katanya dalam riset tersebut.
Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2019, perseroan membukukan pendapatan bersih US$702,05 juta atau turun 17,82% secara tahunan. Perseroan juga masih membukukan rugi bersih pada paruh pertama tahun ini.
Pada semester I/2019 rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk membengkak, dari rugi bersih US$16,01 juta pada semester I/2018 menjadi US$134,95 juta pada semester I/2019.