Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat berbalik berbalik menguat pada perdagangan Rabu (18/9/2019) setelah pasar minyak pulih dari guncangan pasokan, sedangkan fokus investor terpaku pada pertemuan Federal Reserve AS pada Rabu malam yang diperkirakan akan memangkas suku bunga.
Mata uang utama global kemungkinan akan diperdagangkan dalam kisaran sempit sebelum pertemuan The Fed. Gubernur The Fed Jerome Powell jelas-jelas menyiarkan niatnya untuk menurunkan suku bunga, sehingga beberapa analis memperingatkan bahwa dolar sebenarnya bisa melambung jika Fed melonggarkan kebijakan seperti yang diharapkan.
"Spekulan sudah terlalu banyak dalam posisi short dolar AS," kata Yukio Ishizuki, analis valuta asing di Daiwa Securities, Rabu (18/9).
"Jika tidak ada kejutan dari The Fed, spekulan harus melepaskan posisi short mereka. Reaksi terbesar adalah dalam dolar terhadap yen, karena pelaku pasar tidak dapat benar-benar membeli pound atau euro saat ini," lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.
Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya, terpantau berbalik menguat 0,015 poin atau 0,02 persen ke posisi 98,276 pada pukul 08.47 WIB.
Sebelumnya, indeks dolar AS dibuka melemah 0,055 poin atau 0,06 persen ke level 98,206 pada pukul 07.29 WIB, setelah pada akhir perdagangan Selasa (17/9) ditutup dengan pelemahan 0,349 atau 0,35 persen ke level 98,650.
Sementara itu, yen diperdagangkan pada level 108,10 per dolar AS pada Rabu, mendekati level terendah tujuh pekan terakhir di posisi 108,37 yen.
Harga minyak anjlok sekitar 6 persen pada hari Selasa (17/9) setelah menteri energi Arab Saudi mengatakan kerajaan telah memanfaatkan persediaan minyak untuk mengembalikan persediaan minyak ke level sebelum serangan drone pada akhir pekan.
Ekonom dan analis secara luas memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan untuk kedua kalinya tahun ini sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 -2 persen pada pertemuan yang berakhir Rabu untuk melawan risiko yang ditimbulkan oleh perang perdagangan AS-China.