Bisnis.com, JAKARTA—Emiten distribusi perangkat gawai, PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. membidik dana segar senilai Rp500 miliar untuk membayar ulang (refinancing) utang jatuh tempo dan keperluan belanja modal entitas anak.
Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (4/9/2019), perseroan mengumumkan akan melakukan emisi Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap II Tahun 2019 dengan jumlah pokok obligasi sebanyak-banyaknya senilai Rp500 miliar.
Penerbitan itu merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan II Tiphone dengan target dana yang akan dihimpun sebesar Rp2 triliun.
Sebelumnya, emiten bersandi saham TELE tersebut telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap I Tahun 2019 dengan pokok obligasi senilai Rp53 miliar.
Adapun, Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap II Tahun 2019 akan diterbitkan dengan jumlah pokok sebesar Rp300 miliar. Tenor yang dimiliki adalah 3 tahun terhitung sejak tanggal emisi dan tingkat bunga tetap sebesar 11,50% per tahun.
Sementara sisa yang ditawarkan sebanyak-banyaknya Rp200 miliar akandijamin secara kesanggupan terbaik (best effort).
Baca Juga
Masa penawaran umum untuk instrumen surat utang itu akan berlangsung pada 13 September 2019. Sementara distribusi obligasi secara elektronik akan dilakukan pada 18 September 2019.
Selanjutnya, obligasi tersebut akan dicatatkan di bursa pada 19 September 2019. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi adalah PT Bahana Sekuritas dan wali amanat PT Bank Bukopin Tbk.
Adapun, Obligasi Berkelanjutan ini telah mendapat BBB+ dari Pefindo berdasarkan hasil pemeringkatan atas surat utang jangka panjang.
Dalam informasi ringkas tambahan, Manajemen TELE menyebut dana segar dari penerbitan obligasi ini akan digunakan oleh perseroan dan entitas anaknya.
“Seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan oleh perseroan dan entitas anak,” tulis manajemen PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk., Rabu (4/9/2019).
Lebih rinci, senilai Rp256 miliar akan digunakan untuk membayar pokok utang Obligasi Berkelanjutan I Tahap II tahun 2016 Seri B yang jatuh tempo pada 14 Oktober 2019.
Sisanya akan digunakan untuk modal kerja entitas anak yang akan disalurkan berbentuk pinjaman ke TS, SMM, dan PMM dengan tingkat bunga dan jatuh tempo yang sama dengan obligasi.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2019, pendapatan TELE tercatat melemah 11,04% menjadi Rp12,56 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp14,12 triliun.
Di sisi lain, beban pokok perseroan tercatat lebih rendah 14,33% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada periode tersebut beban pokok tercatat Rp11,83 triliun, sedangkan tahun sebelumnya Rp13,21 triliun.
Laba kotor TELE tercatat turun 20,48% secara tahunan dari Rp914,5 miliar pada semester I/2018 menjadi Rp727,18 miliar pada semester I/2019.
Alhasil, laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat senilai Rp170,26 miliar atau tergerus 43,49% dari tahun sebelumnya Rp301,33 miliar.
Sementara itu, liabilitas TELE pada semester I/2019 tercatat senilai Rp4,5 triliun dan ekuitas senilai Rp4,1 triliun dengan total aset senilai Rp8,6 triliun.