Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten PT Gudang Garam Tbk. dinilai tetap memiliki prospek positif di tengah rencana penaikan cukai tembakau pada 2020.
Analis PT Maybank Kim Eng Sekuritas Janni Asman mengatakan, kinerja emiten berkode saham GGRM itu pada kuartal II/2019 sejalan dengan proyeksi analis. Laba bersih pada paruh pertama tahun ini mencapai 45% dari proyeksi sepanjang tahun ini.
Analis memperkirakan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) naik 2%-3% secara tahunan pada kuartal II/2019, tercermin dari pertumbuhan volume 11%-13%. Ini menunjukkan bahwa produk baru dengan harga yang lebih rendah menjadi pendorong utama pertumbuhan.
Rencana kenaikan cukai sebesar 8,5% pada 2020, diperkirakan bakal mendorong kenaikan ASP rokok Gudang Garam sekitar 4%-6% secara tahunan dan volume penjualan tumbuh 6% pada tahun depan. Pertumbuhan volume penjualan itu lebih lambat dari proyeksi kenaikan pada tahun ini sekitar 11%.
Analis mempertahankan beli terhadap GGRM dengan target harga Rp100.000 per saham, berdasakan proyeksi price earning ratio (PER) 2019 sebesar 20 kali. Harga premium ini mencerminkan potensinya mengungguli industri dalam jangka menengah.
"Volumenya tumbuh 11%-13% dibandingkan industri 5% pada kuartal I/2019 didorong pertumbuhan sigaret kretek mesin," katanya dalam riset yang dipublikasikan pada 19 Agustus 2019.
Baca Juga
Analis memproyeksikan perseroan mampu mencapai pendapatan Rp107,61 triliun pada 2019 dan Rp121,454 triliun pada 2020. Sementara itu, laba bersih diperkirakan dapat mencapai Rp9,43 triliun pada 2019 dan Rp9,86 triliun pada 2020.
Margin Laba
Dalam riset yang berbeda, analis PT Sinarmas Sekuritas Wilbert mengatakan, meski GGRM menaikkan ASP pada April, margin laba bersih berada di kisaran 19% pada kuartal II/2019.
Menurutnya, GGRM berpeluang mencetak margin lebih baik pada semester II/2019. Dia memandang GGRM memiliki ruang meningkatkan ASP 1%-2% untuk mendorong pertumbuhan volume yang lebih besar.
"Pemain tembakau cenderung meningkatkan harga di semester II untuk mengantisipasi kenaikan cukai lebih tinggi di tahun mendatang," katanya.
Saham GGRM dinilai tetap menarik diperdagangkan dengan proyeksi price earning ratio 14,3 kali pada 2020. Analis menegaskan rekomendasi beli terhadap saham GGRM dengan target harga Rp92.800, dalam 12 bulan ke depan.
Risiko yang membayangi rekomendasi ini adalah peraturan pemerintah yang tidak mendukung dan tekanan lebih lanjut terhadap margin.
"GGRM menjadi salah satu pilihan teratas saham defensif yang kurang terpengaruh oleh melemahnya dolar AS. Sebagai tambahan, harga saham GGRM turun signifikan dan underperfomed IHSG, 13% sepanjang tahun berjalan membuat GGRM menjadi semakin menarik," katanya dalam riset yang dirilis pada 6 Agustus 2019.
Pada penutupan perdagangan Selasa (27/8/2019), saham GGRM menguat 0,03% pada level Rp74.525 . Di level harga itu, perseroan memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp143,39 triliun. Sepanjang tahun berjalan saham GGRM telah melemah 10,88%.